gaya permainan yang aneh, komposisi pemain yang aneh, dan keputusan pelatih yg mengganti bebrapa pemain yang sangat aneh, dari awal main hingga kebobolan 2 kosong timnas senior indonesia tampak bermain bingung. strategi yang tidak jelas di berikan oleh pelatih. masih layakah pelatih timnas senior kita??
Sabtu, 12 November 2011
gaya permainan yang aneh, komposisi pemain yang aneh, dan keputusan pelatih yg mengganti bebrapa pemain yang sangat aneh, dari awal main hingga kebobolan 2 kosong timnas senior indonesia tampak bermain bingung. strategi yang tidak jelas di berikan oleh pelatih. masih layakah pelatih timnas senior kita??
Jumat, 11 November 2011
Sinopsis buku Tahun-Tahun Yang Hilang di Afrika Selatan :.
Kisah Kesabaran Seorang Lelaki Tua Dalam Menjalani Tahun-Tahun Terakhir Kehidupannya Ketika Diasingkan ke Afrika Selatan, Yang Kemudian Kesabarannya itu Menginspirasi Nelson Mandela, Pemimpin Agung Afrika.
Kisah tahun-tahun yang hilang di Afrika Selatan memang suatu cerita yang mutakhir, memberikan pencerahan. Ada keteguhan dalam memegang prinsip, kesabaran kekuatan hati, pun juga semangat yang tak pernah menyerah akan keadaan yang memprihatinkan.
Cerita ini sendiri terinspirasi dari sejarah kehidupan Syekh Yusuf AL Makasari Al Bantani saat diasingkan ke Afrika Selatan, suatu kisah panjang yang menceritakan seorang tahanan politik yang mencoba untuk memulai hidup baru di daerah yang terisolir dari dunia luar. Berusaha keras untuk tetap tegar demi keluarganya, yang ikut serta bersamanya, hidup di dalam pengasingan.
Berbeda dengan keadaan sebelum sewaktu sebelum diasingkan ke Afrika Selatan, sang tokoh Protagonis beserta keluarganya adalah seorang keluarga kesultanan Bontam yang begitu dihormati banyak orang. Tetapi semenjak kesultanan Bontam jatuh di tangan VOC, kehidupan sang tokoh protagonis yang bernama abah Ayub, berubah drastis. Abah Ayub beserta keluarganya tersudut dalam ironi yang sangat menyedihkan, karena harus menyesuai diri dan memberikan pemahaman kepada keluarganya agar bisa hidup dengan damai di tempat pengasingan, di Afrika Selatan.
Konflik demi konflik pergulatan jiwa terus membayangi abah Ayub dan semua keluarganya ketika mencoba untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan mereka di Afrika Selatan. Upaya keras dalam membangun persahabatan, menjalin kepercayaan dengan orang asli Afrika Selatan, dan juga upaya untuk mencoba kembali mempercayai orang kulit putih di Afrika Selatan (Afrikaaners), merupakan suatu cerita panjang yang mencoba untuk menunjukkan kepada kita akan kekuatan mental dan semangat untuk hidup meski dalam keadaan yang sulit. Empati, takdir kehidupan, sifat pengertian untuk memaafkan semuanya ada di sini. Suatu sikap kebajikan hidup yang sederhana, sikap kebesaran hati yang semua orang sudah mengetahuinya, namun menggema hingga berabad-abad kemudian, hingga akhirnya menjadi kekuatan yang menginspirasi dalam perjuangan seorang tokoh pejuang Afrika Selatan yang bernama Nelson Mandela dalam menentang Apartheid.
Pengantar
Sebagai orang yang dilahirkan dan dibesarkan di Banten, Jujur, baru kali ini saya mengetahui ada tokoh ulama pejuang seperti Syaikh Yusuf Al Makasari Al Bantani, ketika pertama kali saya mengenal Syaikh Yusuf dari Internet yang saya baca, saya kagum akan kisah kepahlawanannya dalam menentang penjajah, dan semangatnya untuk kemanusiaan di Afrika Selatan hingga menginspirasi Nelson Mandela. Karena besarnya jasa Syaikh Yusuf terhadap perjuangan orang Afrika Selatan dalam menghapus Apartheid, Syeikh Yusuf diangkat menjadi pahlawan nasional di Afrika Selatan, begitu pula di Indonesia, tapi sayangnya, banyaklah orang-orang di Indonesia, terutama orang Banten khususnya, pada umumnya belum mengetahui siapa itu Syaikh Yusuf. Hal ini membuat saya sedih, maka timbul kesadaran dari diri saya untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai kehidupan, dan prestasi lelaki tua yang luar biasa ini saat ia menjalani pembuangannya di Afrika Selatan, walaupun saya sadar sepenuhnya, Selain Syekh Nawawi Al Bantani, Syekh Yusuf adalah figur paling menonjol dalam bidang spiritual dan kemanusiaan yang berasal dari Banten, ia telah menulis beberapa puluh karya keagamaan sewaktu menjalani pengasingan di Sailan (Srilangka), dan setiap karyanya menjadi sumber inspirasi dan pencerahan bagi para kafilah haji yang berasal dari Nusantara, yang berjuang menentang penjajah, kini karya-karya Syekh Yusuf masih bisa dijumpai di pesantren-pesantren salafiyah dan padepokan-padepokan Tarekat, ajaran-ajarannya masih lestari hingga saat ini. Tetapi tidaklah banyak orang yang mengetahui detail kehidupan Syaikh Yusuf pada tahun-tahun terakhir kehidupannya di Afrika Selatan. Meski begitu, dampak dari keberadaan Syekh Yusuf di Afrika Selatan sangatlah luar biasa. Hal tersebut mendorong saya untuk mengetahui lebih jauh tentang sosok Syekh Yusuf.
Kisah yang saya tulis dalam buku ini terinspirasi dari sejarah Syekh Yusuf, khususnya ketika ia berada di Afrika Selatan. Tokoh utama dalam kisah ini juga sengaja saya berikan nama Ayub bukan nama Syekh Yusuf, mengingat karya yang saya tulis ini bukanlah karya ilmiah melainkan karya sastra, jadi, bisalah dikatakan, nama abah Ayub, yang jadi tokoh protagonis dalam cerita ini, adalah representasi dari kehidupan Syaikh Yusuf saat menjalani kehidupan di Afrika Selatan, maka, setiap cerita yang terungkap dalam cerita ini, saya coba untuk mengungkapkannya lebih detail. Itulah mengapa saya menuliskan cerita ini dengan menamakan tokohnya Ayub daripada nama Syekh Yusuf, karena, diperlukan keahlian khusus sebagai ahli antropolog dan diperlukan juga modal yang tidak sedikit untuk melakukan penelitian lapangan mengenai kehidupan Syekh Yusuf di Afrika Selatan, sementara saya hanyalah seorang karyawan pabrik sepatu yang sangat mengagumi Syekh Yusuf, yang sangat tidak mungkin untuk melakukan semua penelitian itu. Kendati demikian, saya tidak ingin semua keterbatasan yang saya miliki, menghalangi saya untuk menuliskan kehidupan Syaikh Yusuf di tahun-tahun terakhir kehidupannya, walaupun saya menuliskannya dari sudut pandang sastra, jadi jangan mengharapkan keakuratan data dalam karya tulis saya ini. Meski begitu, jelas sudah tidak diragukan lagi bahwa Syekh Yusuf adalah seseorang tokoh ulama pejuang yang salih, yang menginspirasi, yang dapat menyapa segala bentuk jalan hidup dan keyakinan, mampu melintasi waktu selama berabad-abad dan beragam budaya. Kualitas kepribadian agungnya seperti, kesabaran, kebaikan hati, sikap pengertian untuk memaafkan dan lainnya, yang dimiliki Syaikh Yusuf, muncul secara langsung dari hati, dan ini ditanggapi oleh rakyat Afrika Selatan dengan meresapinya ke dalam jiwanya yang paling dalam, hingga melahirkan sosok mulia seperti Nelson Mandela.
Meskipun, karya tulis saya berupa sastra, tapi saya berusaha keras dengan imajinasi saya untuk memperkaya akan diskripsi suasana, dan karakter tokoh cerita seperti yang Syaikh Yusuf alami saat hidup di Afrika Selatan. Cara bercerita yang saya kemas juga saya usahakan agar mengalir dengan jernih, dengan sendirinya.
Baik itu abah Ayub ataupun Syekh Yusuf, adalah sama-sama sosok orang tua yang lemah lembut, ramah meski kehidupannya dipenuhi dengan keprihatinan, tetapi ia tetap bersikap tenang dalam menghadapi cobaan, yang biasa ia (Ayub) namakan ‘Ujian Agung’. Mereka berdua adalah sama-sama seorang ksatria yang selalu berjuang melawan kesia-siaan dengan kesabaran dan berdzikir, benar-benar luar biasa, Syekh Yusuf adalah seorang pionir, perintis perjuangan dengan cara anti kekerasan dalam melawan Apartheid di Afrika Selatan, bukan Gandhi.
Dengan mengingat itu semua, saya merasakan ada kebutuhan yang sangat mendesak agar ajaran dan pemikiran Syekh Yusuf bisa lebih mudah diakses oleh khalayak ramai, meskipun itu dengan perantara tokoh fiksi yang saya ciptakan bernama abah Ayub. Tapi, untuk menuliskan cerita abah Ayub agar bisa selaras, paralel dengan kehidupan Syekh Yusuf saat tinggal di Afrika Selatan bukanlah hal mudah, karena saya merasa bukanlah orang yang mampu untuk menyajikan karya sastra yang diambil dari inspirasi sejarah Syekh Yusuf dengan cara yang tepat. Hanya Allah semata saja yang tahu apakah penjelajahan saya yang terus menerus dan tiada henti, meski banyak kekurangannya, akan mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Buku sastra ini bukanlah dimaksudkan untuk menjadi bahan rujukan penelitian ilmiah atau akademik. Sungguh buku ini tidaklah pantas untuk dijadikan bahan referensi ilmiah kehidupan Syekh Yusuf saat menjalani pengasingannya di Afrika Selatan. Seandainya Syekh Yusuf masih hidup, dan membaca buku saya, mungkin ia akan tertawa terbahak-bahak, karena banyaknya tulisan saya yang tidak didasarkan pada fakta di lapangan. Tujuan saya menulis buku ini adalah untuk menyampaikan pesan-pesan kebijaksanaan dalam melaksanakan hubungan spiritual dan hubungan kemanusiaan, yang dianut ulama-ulama leluhur, yang telah lama dilupakan oleh bangsa kita. Suatu pemahaman akan kehausan untuk memiliki kepribadian yang mulia, haus akan nama baik, keinginan kuat untuk melakukan Takhalli (membersihkan diri) dari sikap-sikap yang tidak terpuji dan melakukan Tahalli (menghiasi diri) dengan sikap-sikap yang baik sesuai dengan keteladanan Rasul.
Tapi, semoga saja apa yang saya sajikan dalam penulisan buku ini, bisa mendorong para pembaca untuk mencari lebih jauh tentang Syekh Yusuf. Kekayaan ajaran dan pemikiran Syekh Yusuf selama hidup di Afrika selatan belumlah dijelaskan di dunia ilmiah dewasa ini. Keluasan dan ketinggian ilmunya, yang menjadikan dirinya sebagai ulama yang mendapatkan pengakuan sebagai ‘Putra Afrika terbaik’ dari Nelson Mandela, juga karena mengingat besarnya kepercayaan Sultan Ageng Tirtayasa pada Syekh Yusuf pada saat mengangkat Syekh Yusuf menjadi mufti kerajaan Banten. Sudah tidak diragukan lagi, kalau ajaran-ajarannya sangatlah perlu untuk dikenal dan diterapkan secara luas. Selain itu juga, dengan keteladanannya yang dipenuhi dengan wawasan luas tentang realitas manusia dan rahmat yang sejati, jelas sangat tepat dan teramat dibutuhkan di dunia yang kini mengalami krisis moral dan susila.
Sejarah telah menunjukkan bahwa Syekh Yusuf telah menjadi ulama yang berhasil membentuk dirinya menjadi ‘Rahmatan lil alamin’, sesuai dengan sunnah Rasul, ketika ia memperoleh pengakuan pahlawan nasional di negara Afrika Selatan. Rahmat bisa dipahami dan dirasakan oleh semua manusia dan semua makhluk hidup, dengan kapasitas dan derajat yang berbeda-beda pastinya, dengan perantaraan tindakan kebaikan dan perhatian. Walau begitu, rahmat itu amatlah luas, tak mempunyai batas-batas. Sepanjang masa kehidupan masyarakat Indonesia selama masa penjajahan dan penindasan, realisasi sifat sejati dari rahmat telah dilakukan oleh para ulama-ulama pejuang dari semua daerah di negeri Indonesia. Dalam pandangan secara spiritual, kualifikasi rahmat yang tak terbatas itu terlihat dan dapat diketahui semua keagungannya, karena rahmat adalah faktor dalam eksistensi itu sendiri, dari yang tertinggi sampai yang paling rendah, tak ada satupun yang lepas darinya. Yang pasti, apapun dampak tertentu terhadap berbagai tingkat keberadaan, ampunan dan rahmat yang tiada batas itulah yang ada di dalam jantung kehidupan Syekh Yusuf. Saya menemukan kisah mengenai kehidupan Syekh Yusuf saat menjalani pengasingannya di Afsel adalah kisah yang menarik, indah dan menginspirasi, it’s a fascinating history, saya mendapat banyak pelajaran berharga dari sejarah Syekh Yusuf, saya harap para pembaca juga bisa merasakan hal yang sama dengan saya.
Saya banyak berhutang budi kepada kedua orang tua saya dalam membantu penulisan ini, rekan-rekan kerja. Berkat kedermawanan dan dukungan merekalah, maka penulisan buku ini bisa rampung. (Serang, 17 November, 2010.)
"Orang yang bijaksana bukanlah orang yang berbicara tentang kebijaksanaan atau menggunakannya, tapi orang yang mampu membuat kebijaksanaan menjadi Aktual, meskipun dia tidak menyadarinya sekalipun,"
(Ibn Arabi)
Perpisahan Para Haji
Sudah delapan tahun lelaki tua itu tinggal bersama keluarganya di bumi Sailan (Srilangka), tinggal di dalam pengasingan. Lelaki tua itu sebenarnya orang besar. Setiap manusia di bumi Negri Bontam, baik itu dari para ulama, masyarakat sampai tiap bangsawan kesultanan, menyebutnya Syaikh Muhammad Ayub Al Cikulur. Tetapi hatinya akan merasa sedih jika ia dipanggil dengan sebutan Syaikh Agung sang Mufti Kerajaan. Semua orang tak hendak membuat sedih hati orang tua itu, maka mereka selalu menyebutnya dengan abah Ayub.
Semasa abah Ayub masih menjadi Mufti Kesultanan Bontam, bersama rakyat Negri Bontam, ia sempat bertempur melawan Belanda, yang memakan banyak korban di dua pihak. Tapi semenjak teman dekatnya, yang juga Sultan Negri Bontam ditangkap Belanda, perhatiannya tertumpah pada putra mahkota, Pangeran Salam yang meneruskan perjuangan ayahnya. Ia kembali berjuang bersama Pangeran Salam dengan bergerilya, semangat perjuangannya menentang dominasi Belanda tidaklah berkurang. Karena kegigihannya itulah, yang menyebabkan ia dibuang ke Sailan bersama keluarganya dan santri-santrinya.
Beberapa tahun belakangan ini, jamaah haji yang berasal dari Nusantara semakin ramai saja datang singgah ke bumi Sailan, jika semua jamaah haji sudah tiba di pulau Sailan, tempat yang wajib mereka datangi untuk bersilaturahmi adalah tempat abah Ayub. Pada musim haji, rumah abah selalu saja ramai dikunjungi para jamaah haji yang datang berkunjung. Selain karena ilmu agamanya yang tinggi, tapi juga karena rasa senasib, dan sependeritaan karena dijajah orang Belanda, abah Ayub sering dijadikan tempat bertanya, dan berkonsultasi oleh para jamaah haji asal Nusantara.
Kadang abah Ayub juga merasa kerepotan dalam melayani para kafilah haji, karena jamaah kafilah haji yang datang berkunjung padanya tidak bisa dikatakan sedikit, tapi sangatlah banyak. Kendati demikian, abah Ayub merasa sangat senang bisa bertemu dengan para kafilah haji yang berasal dari Nusantara, kadang ia bisa bertemu dengan kerabat dan sanak familinya dari jauh, ia bisa melepas rindu pada saudara-saudaranya, dan menanyakan kabar sanak familinya yang berada di tanah air.
Kini abah menanti di rumahnya, ia duduk di beranda rumah bersama cucunya yang berumur delapan tahun, Rabiah, mereka berdua menunggu kedatangan kafilah haji yang akan mampir ke rumahnya. Ia sudah merasa penasaran dengan perkembangan apa saja yang telah terjadi negeri Bontam setahun belakangan ini, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang akan ia tanyakan pada saudaranya, Haji Barmawi, yang selalu naik haji agar bisa bertemu dengan abah Ayub di Sailan. Dari Haji Barmawilah abah mendapatkan informasi mengenai perkembangan perjuangan rakyat Bontam yang saat ini tengah ditindas, dijajah oleh VOC.
Tapi sudah dua jam abah duduk menanti, kafilah haji tersebut belum juga tiba, biasanya pagi-pagi sekali, Haji Barmawi beserta rombongan haji yang dipimpinnya sudah tiba di rumah abah. Abah merasa khawatir, dalam hatinya, abah banyak berdo’a pada Allah, ia mendo’akan keselamatan dan keamanan para kafilah haji yang singgah ke Sailan. Jadi begitulah yang dilakukan abah setiap kali musim haji tiba, duduk di beranda rumahnya sambil memandangi halaman rumah yang dipenuhi dengan pohon-pohon kamboja yang hijau dengan penantian penuh harap.
Karena kafilah haji yang dinanti belum juga tiba, abah berdiri, dan berjalan mondar-mandir, lalu mulai berjalan ke halaman rumah, melihat keluar halaman rumah, menembus pepohonan yang lebat, abah berusaha mencari tanda-tanda kedatangan kafilah haji. Abah tidak menyadari, jika di pelabuhan, semua jamaah haji yang baru turun dari kapal tengah dihadang oleh pasukan kompeni. Pasukan kompeni yang menghadang jamaah-jamaah haji dari Nusantara sangatlah banyak sekali, dan terdiri dari berbagai macam pasukan, ada pasukan yang berkuda, dan adapula pasukan yang berjalan kaki.
Melihat pasukan-pasukan kompeni yang bertampang siap membunuh itu, Haji Barmawi merasa terkejut bukan main. Pikirnya, mengapa pasukan-pasukan kompeni itu bersikap sangat kasar kepada kafilah haji yang datang dengan damai. Haji Barmawi merasa geram dengan tindakan kasar para opsir kompeni itu, meski dilanda perasaan amarah, tapi Haji Barmawi berusaha menenangkan dirinya, dan para kafilah haji yang dipimpinnya itu.
“Jelaskan pada kami, mengapa kami tidak diperkenankan untuk keluar dari pelabuhan ini?” kata Haji Barmawi pada salah satu pemimpin opsir kompeni yang menaiki kuda.
“Kami hanya menjalankan perintah atasan, saya peringatkan sekali lagi, penuhilah kebutuhan kalian untuk berhaji di pelabuhan ini, kami sudah menyiapkan kebutuhan kalian untuk berhaji di pelabuhan ini, tapi jangan pernah mencoba keluar dari pelabuhan, kami takkan segan-segan untuk menembak para haji yang melanggar aturan ini,” kata Letnan Kueffeler.
“Apakah kalian akan menembak rombongan haji yang tidak bersenjata ini?” kata Haji Barmawi.
“Ya.. kami akan melakukannya jika kalian bersikeras untuk keluar dari pelabuhan,” kata Kueffeler, tegas. “Pasukan.. siapkan senjata, tembak semua calon-calon haji ini, jika mereka memaksa untuk keluar dari pelabuhan, biar mereka melaksanakan hajinya di Neraka,” lanjut Kueffeler.
Begitu mendengar instruksi dari Kueffeler, semua pasukan kompeni langsung menyiapkan senjata apinya, masing-masing pasukan kompeni memasukkan satu butir peluru yang berbentuk bulat seperti kelereng, setelah peluru dimasukkan, mereka mengeluarkan kantung serbuk mesiu yang diikat di ikat pinggangnya, kemudian membuka isi kantung serbuk mesiu itu, lalu memasukkan serbuk mesiu itu ke dalam mulut senapan, dan sesudah serbuk mesiu dimasukkan, mereka menjejalkan batang besi tipis ke dalam mulut bedil, untuk memadatkan semua isi mesiu dan peluru yang sudah dimasukkan sebelumnya, sekarang semua senapan para pasukan kompeni itu, sudah siap untuk ditembakkan. Semua senapan api jaman akhir tahun 1600-an itu ditodongkan pada rombongan para haji.
Semua prosedur penyiapan senjata api yang dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan militer itu, membuat semua orang sipil yang melihat itu pastilah akan mati walaupun senjata api tersebut tidak ditembakkan. Begitupula dengan para kafilah haji, semua calon haji tersentak kaget, mereka sama sekali tidak mempercayai apa yang dilihatnya, sebuah pemandangan mengerikan, dimana beberapa pasukan tentara kulit putih, tengah menyiapkan diri untuk membantai rombongan haji.
Haji Barmawi tidak ingin semua calon haji yang dipimpinnya itu mati konyol, maka ia pun berusaha keras untuk meredam situasi yang panas, ia berusaha untuk menenangkan para jamaah haji.
“Tenanglah kawan-kawan, jangan sampai kita memperburuk situasi, ingat pesan abah Ayub pada musim haji tahun kemarin, ia memerintahkan kita untuk menghindari pertumpahan darah yang sia-sia, tak ada yang namanya mati syahid di sini, pertempuran kita bukan di sini, pertempuran kita bukan di sini!” kata Haji Barmawi. “Lebih baik kita shalat Khauf berjamaah, dan berdzikir pada Allah, memohon keselamatan,”
“Lalu bagaimana dengan abah, apakah untuk musim haji tahun ini kita takkan bisa bertemu dengan abah?” tanya salah seorang jamaah haji.
“Entahlah, saya tidak tahu, yang pasti, kita harus mencegah terjadinya pertumpahan darah yang sia-sia, kita datang kesini untuk naik haji bukan untuk berperang” ujar Haji Barmawi. “Marilah kita berdo’a bersama dalam shalat Istigosah, kiranya Allah akan memberikan penjelasan maksud semua ini,”
Dengan dipimpin Haji Barmawi, semua jamaah calon haji bersiap-siap melakukan shalat Istighosah, meski cuaca pada hari itu sangat terik, tapi para jamaah calon haji tak memperdulikannya, mereka seolah tak merasakan panas matahari itu. Para pasukan kompeni juga merasa heran dengan pemandangan yang dilihatnya, sebuah pemandangan yang menggetarkan jiwa, dimana sekitar 500 calon haji melakukan shalat Istighosah di lapangan pelabuhan. Baju-baju putih yang dikenakan para kafilah calon haji membuat silau bagi mata yang memandangnya, semua opsir kompeni pun tak sanggup melihat shakat Istighosah yang dilakukan para jamaah calon haji itu, semua tentara kompeni itu hanya bisa berdiri sambil menodongkan senjatanya, mematung, menunggu semua jamaah calon haji meninggalkan pelabuhan Sailan, dan melanjutkan perjalanan naik Haji ke Mekkah.
*
Beberapa orang kulit putih datang ke rumah abah dengan berkuda, mereka semua memakai baju militer, kedatangan mereka sangatlah ganjil, abah Ayub tak mengharapkan kehadiran mereka. Setelah selesai mengikat kuda-kudanya di depan halaman rumah abah, beberapa orang kulit putih menghadap pada abah Ayub yang tengah duduk di beranda rumah, abah sangat mengenal salah seorang dari tujuh orang kulit putih yang bertamu padanya, dengan penuh kesopanan, abah mempersilakan tamu-tamu kulit putihnya itu masuk ke beranda rumahnya.
“Silahkan masuk,” kata abah.
“Terima kasih tuan guru,” kata gubernur pemerintahan kolonial Sailan, Frederick De Kuck.
“Apakah yang membuat tuan gubernur repot-repot datang kemari, tanpa memberitahu kami? Apakah ada yang bisa saya bantu?” kata abah.
“Ya, saya akan memerlukan banyak bantuan tuan,” kata Frederick, lalu mulai berjalan menaiki tangga rumah abah bersama anak buahnya, lalu duduk di tempat duduk yang telah tersedia di beranda rumah abah. “Sebenarnya keperluan kami kemari adalah untuk...” kata Frederick, tapi ia merasa bingung untuk meneruskan ucapannya.
“Mengapa tuan bingung, saya tahu kedatangan tuan dan anak buah tuan ada maksud penting yang perlu tuan sampaikan pada saya, katakanlah terus terang,” kata abah, ramah.
Melihat keramahan abah tersebut, Frederick merasa makin bersalah, ia berlutut di hadapan abah, membuka topi dinasnya, dan menundukkan kepalanya, mukanya penuh harap, Frederick mengharapkan kebijaksanaan abah dalam situasi yang panas saat ini.
“Kita telah berteman sejak lama, saya sangat menghormati dan mengagumi tuan guru sebagai orang yang jujur, dan perihal ini sangat berat bagi saya untuk mengatakan ini, tapi saya sudah mendapat Besluit dari Kerajaan Belanda yang memerintahkan saya untuk memindahkan abah dari rumah ini ke Afrika Selatan.” kata Frederick.
“Afrika Selatan? Mengapa? Oooh tidak, apakah tidak cukup kalian sudah mengasingkan saya di Sailan selama delapan tahun, delapan tahun, dan sekarang ketika kami sudah kerasan di sini kalian akan mengirim saya dan keluarga saya ke tempat yang sama sekali tidak ada peradabannya, kalian ingin mengirim saya ke hutan, bagaimana kami akan hidup di hutan, katakan pada saya?” kata abah, sedikit gusar, kemudian menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk menerima kenyataan, lalu sambil duduk dengan terkulai, abah mengelus dadanya.
“Saya juga tidak setuju dengan perintah Besluit ini, tapi tuan jangan khawatir. Mengenai kehidupan baru tuan di Afrika Selatan, pemerintah akan menjamin kehidupan dan kesejahteraan tuan di Afrika Selatan, kumohon tuan untuk pindah, pemerintah Kerajaan Belanda telah bertekad ingin memindahkan tuan dan semua keluarga tuan ke Afrika Selatan, apapun caranya, dan sekarang semua pasukan kompeni sudah menahan semua jamaah calon haji di pelabuhan, itulah mengapa tak ada kafilah haji yang datang ke sini,” kata Frederick.
“Betapa teganya, betapa kejinya cara kalian, kalian mengancam saya dengan keselamatan pemberangkatan jamaah calon haji, jika kalian menggunakan cara itu, maka saya pun merasa terancam dan merasa takut dengan ancaman anda itu, baiklah kalau kalian menghendaki saya dan keluarga saya pindah, saya akan pindah,” kata abah, menundukkan kepalanya, lemas.
Semua keluarga abah, termasuk santri-santrinya banyak yang menangis, ketika mereka mengetahui bahwa mereka harus pindah ke Afrika Selatan. Diantara keluarga abah yang paling histeris dalam menerima kepahitan hidup itu adalah istri muda abah, Aisyah. Sewaktu melihat barang-barang rumah yang mulai dikemas oleh para santri abah, Aisyah menangis sekeras-kerasnya, ia berlutut, kakinya lemas, tak mampu untuk berdiri, ia tak kuat melihat kenyataan itu, istri tua abah, Fatimah segera saja menghampiri Aisyah, ketika ia melihat Aisyah yang tengah Shock, Fatimah langsung memeluknya, dan mencoba menghiburnya.
“Sudahlah Aisyah, jangan menangis lagi, jangan menangis lagi, istighfar..istighfar, kuatkan hati,” kata Fatimah.
“Mereka telah merampas kesultanan milik ayah saya di Bontam, dan sekarang mereka hendak merampas kehidupan sederhana kita di sini, mengapa mereka melakukannya ketika kita sudah kerasan tinggal di sini?” kata Aisyah, histeris.
Fatimah diam saja, tak menjawab pertanyaan Aisyah, ia hanya bisa merangkul Aisyah lebih erat, mengusap-ngusap kepalanya, memberikan kasih sayang, menghiburnya untuk meringankan beban Aisyah, meski ia juga merasakan kesedihan yang amat mendalam.
Barang-barang perabotan rumah abah Ayub tidaklah begitu banyak, semua santri-santri hanya mengemas baju-baju, perlengkapan alat-alat tukang, seperti golok, gergaji dan kapak, hanya itu saja yang mereka bungkus, dikemas untuk dibawa ke Afrika. Tapi sewaktu semua santri-santri abah hendak mengemas buku-buku keagamaan karya guru mereka, abah Ayub. Salah seorang anak buah Frederick mencegah mereka. Berdasarkan Besluit pemerintah Kerajaan Belanda, abah Ayub dilarang membawa buku-buku keagamaan karangannya, bahkan kitab suci Al-Qur’an pun ikut pula dilarang untuk dibawa. Semua santri abah menjadi emosi karena dilarangnya membawa buku-buku tersebut.
“Apakah bahayanya kami membawa buku-buku keagamaan, kenapa kalian melarang kami membawa buku-buku ini?’ kata salah seorang santri abah, Somad.
“Maafkan saya tuan, saya hanya menjalankan perintah saja, dan perintahnya adalah untuk melarang kalian membawa kitab-kitab keagamaan karangan guru kalian,” kata salah seorang anak buah Frederick.
“Ada apa ini? Benarkah yang kau katakan itu?” kata abah, menghampiri Somad dan opsir kompeni.
“Benar Tuan guru,” kata opsir kompeni.
Abah merasa marah dengan keterangan yang baru saja di dengarnya itu, ia akan meminta penjelasan dari Frederick, maka dengan tergesa-gesa ia berjalan menghampiri Frederick yang tengah sibuk memperhatikan anak buahnya yang sibuk mengemas barang-barang abah.
“Apakah itu benar, kalian tidak memperkenankan kami untuk membawa kitab-kitab kami,” tanya abah.
“Betul tuan, itu benar, tuan guru hanya diperbolehkan untuk membawa perlengkapan-perlengkapan yang pokok saja,” kata Frederick.
“Kenapa?”
“Begini tuan, keberadaan tuan selama delapan tahun di pulau Sailan, dinilai sangat membahayakan pemerintah kolonial di Nusantara, pemikiran tuan dan ajaran tuan yang di bawa pulang oleh para kafilah haji yang singgah kemari, sungguh sangat meresahkan pemerintah kami, oleh karena itu pemerintah kolonial pusat memutuskan untuk menyita semua kitab-kitab keagamaan karangan tuan, seandainya saya bisa mencegahnya, saya akan mempersilakan tuan guru untuk membawa kitab-kitab, saya sendiri tidak peduli dengan pemikiran dan ajaran tuan, tapi keputusan itu bukanlah ditangan saya,”
“Apakah itu termasuk dengan kitab suci Al-Qur’an, apakah kalian melarang kami membawa Al Qur’an?”
“Sayangnya iya, Qur’an juga termasuk dalam buku-buku yang dilarang,”
Tubuh abah Ayub terasa lemas, ia mencari-cari kursi untuk menyandarkan tubuhnya, dan ketika ia telah menemukan kursi, abah duduk terkulai di kursinya, ia tak mampu berkata-kata, ia merasa sedih bukan main, ia tak peduli dengan kitab-kitab karangannya, tapi ia memikirkan betapa kejamnya pemerintah Belanda yang melarang dirinya membawa kitab Al Qur’an. Bagaimana ia bisa hidup tanpa Al Qur’an. Abah berusaha menguatkan hatinya dalam menerima kenyataan pahit itu, bahkan ketika Somad datang mengeluh mengenai perihal pelarangan membawa kitab Al Qur’an itu, abah hanya bisa menyarankan Somad untuk sabar dan bertawakkal pada Allah.
“Bagaimana kita bisa bersabar, jika harga diri kita sebagai umat muslim diinjak oleh orang kafir,” kata Somad emosi.
“Kendalikan diri kamu,” kata abah, menatap tajam pada Somad. “Kemarilah, mari saya tunjukkan padamu,” kata abah, lalu membawa Somad menuju halaman beranda rumah, kemudian mengarahkan tangannya, menunjuk ke luar rumah, ke arah pepohonan yang rindang. “Lihatlah dengan cermat, kamu akan melihat ada beberapa pasukan kompeni yang berkuda yang menunggu di tengah hutan, mereka semua bersenjata, kamu tahu itu apa artinya?” tanya abah.
“Ya guru, mereka bertugas untuk mencegah dari kemungkinan yang terburuk, jika seandainya kita melakukan perlawanan,” kata Somad.
“Kita takkan berguna bagi agama dan kemanusiaan jika kita mati konyol di sini, bersabarlah, kamu harus kuat, sekarang bersiap-siaplah untuk keberangkatan kita ke Afrika, turuti saja kemauan mereka,”
“Baik abah,” kata Somad, lemas, tak bersemangat.
Abah tidak berkata apa-apa, pada hari itu abah tidak banyak bicara, ia hanya diam saja, diantara semua orang yang bersedih karena harus meninggalkan Sailan, sebenarnya abahlah yang paling bersedih mengenai hal itu, tapi abah menguatkan diri, menguatkan hati untuk tidak menampakkan kesedihan dihadapan keluarganya dan santri-santrinya, meskipun ia telah lelah menguatkan diri. Sekarang, setelah semua pekerjaan berkemas-kemas telah usai, dan abah beserta rombongan siap untuk berangkat menuju pelabuhan, Frederick datang menghampiri abah.
“Maafkan saya tuan, saya sudah berusaha meyakinkan pemerintah pusat untuk tidak memindahkan tuan guru ke Afrika, tapi atasan saya tetap bersikeras untuk mengasingkan abah ke Afrika, keberadaan tuan dianggap terlalu berbahaya di pulau Sailan ini,” kata Frederick menyayangkan. “Tapi tuan guru jangan khawatir, saya akan memastikan agar tuan guru dan keluarga tuan guru diperlakukan dengan baik di Afrika, saya akan menyurati gubernur Afrika Selatan, agar ia menjamin kesejahteraan tuan guru,”
“Saya sangat menghargai kebaikan tuan gubernur, sekarang kami sudah siap berangkat menuju pelabuhan, apakah tuan gubernur tidak ikut bersama kami ke pelabuhan?” kata abah.
“Saya sangat ingin mengantar tuan ke pelabuhan, tapi sayangnya saya harus disini dulu, saya harus menginventarisasi inventaris negara di rumah tuan yang tuan tinggalkan ini, pekerjaan yang membosankan, saya diminta untuk membuat laporan administrasi mengenai keberangkatan abah ke Afrika, tapi saya akan menyusul tuan guru secepatnya, begitu saya selesai membuat laporan,”
“Aaah.. baiklah kalau begitu,” kata abah, tersenyum ramah.
*
Para jamaah calon haji baru saja menyelesaikan shalat Istighotsahnya dan telah berdo’a dengan sepenuh hati dalam shalatnya, setelah hati mereka terbakar karena penindasan yang dilakukan bangsa Belanda. Cuaca terasa sangat panas, Haji Barmawi bangkit dari duduknya, ia berdiri di hadapan para kafilah haji yang berjumlah ratusan itu. Haji Barmawi mengambil tasbihnya, baru saja ia hendak menyarankan para kafilah haji untuk berdzikir bersama dalam majelis dzikir, namun ia terpaksa membatalkan niatnya saat ia melihat abah Ayub dan rombongannya tiba di pelabuhan dengan dikawal beberapa pasukan kompeni. Semua calon haji langsung berdiri, mereka bergegas menuju abah dan mengerumuninya, Haji Barmawi juga tak ketinggalan, dengan susah payah ia berdesak-desakan dengan para haji, berusaha mendekati abah. Begitu jarak Haji Barmawi sudah amat dekat dengan abah, ia berusaha menegur abah, memanggilnya, tapi abah tak balas menyahut, meski abah mendengar sangat jelas suara Haji Barmawi, abah pura-pura tidak mendengarnya, jiwa abah tak kuat untuk mengucapkan perpisahan dengan para calon haji, khususnya pada Haji Barmawi. Merasa kesal karena diacuhkan oleh abah, Haji Barmawi merasa kesal, maka ia berteriak pada abah.
“Jika abah masih menganggap saya saudara, katakanlah apa yang terjadi, kenapa abah dan keluarga abah dikawal kompeni? Jangan biarkan saya dan para calon haji merasa penasaran, kumohon.. kumohon beritahukanlah pada kami,” kata Haji Barmawi, lalu berlutut di hadapan abah, menundukkan kepalanya dengan sedih.
Tidak hanya Haji Barmawi saja yang berlutut di hadapan abah, semua calon haji juga ikut berlutut, ada beberapa haji yang menangis, membuat suasana menjadi kelam. Abah merasa tak tega melihat Haji Barmawi dan para calon haji lainnya berlutut di hadapannya.
“Kawan-kawan para calon haji, sejak hari ini kalian takkan pernah melihat saya lagi, tapi ingatlah segala pesan-pesan dan nasihat-nasihat saya, jalankan ajaran agama Islam dengan penuh penghayatan, dan jagalah persatuan umat agar kalian tidak bisa diadu domba oleh penjajah, jagalah diri kalian, semoga haji kalian tahun ini mabrur,” kata abah.
“Tidak.. kami takkan membiarkan orang Belanda menjauhkan abah dari kami,” kata Haji Barmawi, penuh emosi.
Semua calon haji yang lain juga ikut terbawa emosi, dengan serentak mereka meneriakkan Allahu Akbar. Semua tentara kompeni merasa gentar mendengar teriakan Allahu Akbar itu, mereka merasa terancam. Letnan Kolonel Kueffeler juga ikut pula merasa terancam dengan bangkitnya semangat para haji. Karena merasa mendapat ancaman, Letkol. Kueffeler mengumpulkan pasukan berkudanya dan memerintahkan para pasukan berkuda untuk berjalan ke arah para Haji yang berkumpul, menggilas para haji. Maka semua pasukan kompeni itu berkumpul menjadi satu barisan, bahkan para tentara Belnada yang mengawal abah pun meninggalkan abah, berlari ke arah pasukan Letkol Kueffeler dan ikut berkumpul bersama pasukannya.
Melihat ratusan pasukan berkuda yang berjalan ke arah para haji, abah Ayub berusaha keras menenangkan para calon haji, ia tak habis pikir, mengapa orang Belanda bisa tega mau menggilas para haji yang tidak bersenjata, yang berniat beribadah berhaji ke tanah suci. Abah takkan membiarkan pasukan kompeni itu membantai para haji.
“Diammmmm... hentikan teriakan kalian, lihatlah ke depan, ada pasukan berkuda yang bersiap untuk membunuh kita, dan kini mereka tengah menambah kecepatan,” kata abah, penuh emosi.
“Oh tidakk, apa yang akan kita lakukan?” kata Haji Barmawi.
“Jangan panik, kalian semua jangan panik, ikutilah aba-aba saya,”
“Aba-aba apa?” kata salah seorang jamaah haji.
“Pada saat pasukan berkuda itu sudah dekat, sekitar jarak empat kaki, kalian semua harus tiarap, tiaraplah kalian semua, agar kuda-kuda kompeni itu tak mampu menggilas, menginjak-nginjak kita,”
“Baiklah.. kami semua akan mengikuti aba-aba dari abah,” kata Haji Barmawi, yang diikuti dengan anggukan kepala para calon Haji.
Pasukan-pasukan berkuda itu mulai menambah kecepatannya sedikit demi sedikit, tiap opsir dari pasukan yang berkuda pun mulai mengeluarkan pedang panjangnya dari sarungnya, dan para haji hanya bisa menguatkan diri dengan teriakan Allahu Akbar. Tapi ada juga beberapa calon haji yang hanya bisa berdo’a dalam hatinya dengan mata terpejam dan mulut berkomat-kamit. Sepertinya, diantara semua umat Islam yang berkumpul di pelabuhan, hanya abah Ayub saja yang tetap teguh berdiri, tanpa rasa takut. Abah menatap pasukan berkuda yang menuju ke arahnya, ia mengamati dengan cermat pasukan-pasukan berkuda itu, dan ketika pasukan itu sudah dekat, hanya tinggal sejarak 6 kaki saja, abah memberi aba-aba dengan tangannya, memerintahkan para calon haji untuk bersiap-siap, dan ketika pasukan-pasukan berkuda itu sudah memasuki jarak 4 kaki, abah berteriak.
“Tiarappppppp.... tiarap semuaaaa,” kata abah, tapi tetap pula berdiri tegak meski semua haji telah tiarap, berbaring di tanah, semua tanah di pelabuhan mendadak menjadi putih, karena tertutupi oleh para Haji yang bertiarap di atas tanah. Abah Ayub pun terjatuh dari berdirinya, tapi tidak begitu keras, ketika berhadapan dengan kuda yang ditunggangi Letkol Kueffeler, tapi anehnya, begitu abah tersungkur ke tanah, hingga ikut pula bertiarap bersama para jamaah haji yang lain, kuda Kueffeler berontak, meronta-ronta pada majikannya.
Kuda-kuda yang lainnya pun langsung berhenti, berontak pada tuan-tuan kulit putihnya, kuda-kuda tersebut berdiri dengan kedua kakinya di belakang, sementara kedua kaki depannya meronta-ronta, sehingga banyak para penunggang kuda yang terjatuh dari kudanya. Letkol. Kueffeler adalah yang termasuk penunggang kuda yang jatuh dari kudanya. Tubuhnya terjatuh dengan keras, hingga menyebabkan dua tulang rusuknya patah, Kueffeler mengerang kesakitan. Dengan dibantu anak buahnya, Kueffeler mencoba untuk berdiri.
“Dasar haji-haji sialan, kenapa kalian tidak mati saja,” kata Kueffeler berteriak sambil menahan rasa sakit di rusuknya yang patah.
Karena merasa tidak ada lagi ancaman yang membahayakan jiwa, abah berdiri dari tiarapnya, para calon haji juga ikut pula berdiri bersama pemimpinnya abah dan Haji Barmawi. Mendengar kemarahan dari mulut Kueffeler, abah tersenyum, ia menatap dengan penuh keramahan ke arah Kueffeler. Pandangan ramah dari abah membuat Kueffeler menjadi merasa serba salah, tapi ia tetap pula marah dan berteriak pada abah.
“Kalian orang-orang fanatik dan orang-orang pembangkang, saya peringatkan kalian untuk jangan membuat keributan di sini,” kata Kueffeler.
“Alhamdulillah jika masih ada orang yang mau mengingatkan kami,” kata abah tersenyum, “Tapi demi Allah, sebagai sesama manusia kita harus saling mengingatkan,” lanjut abah, berubah raut mukanya menjadi serius, menatap tajam pada Kueffeler.
Dalam situasi perdebatan itu, Kueffeler hanya bisa diam saja, dipenuhi rasa malu tapi mencoba menyembumyikan rasa malu itu dengan rasa marahnya. Ia merasa gengsi untuk mengakui kesalahannya. Ia tahu, kalau dirinya sangat beruntung masih bisa hidup karena terjatuh dari kuda, tidak seorangpun yang bisa selamat dari kejadian jatuh dari kuda. Namun, demi rasa harga dirinya pada anak buahnya, ia harus tetap memperlihatkan ketegasannya pada musuh. Sekali musuh selamanya akan tetap menjadi musuh, begitu pikir Kueffeler.
Frederick baru saja tiba di pelabuhan, dan merasa terkejut saat melihat pasukan-pasukan kompeni yang berkuda berkerumun mengelilingi kafilah haji. Ia tidak paham apa yang baru saja terjadi, dan ia harus mengetahui apa yang baru saja terjadi. Dalam tugasnya yang mengharuskannya untuk memastikan keberangkatan abah Ayub ke Afrika Selatan dengan aman, membuat sikapnya menjadi tidak labil. Ia benci tugas itu dan merasa kasihan pada dirinya sendiri, karena harus mengusir orang mulia seperti abah. Abah Ayub adalah orang yang sangat baik, sangat jujur, abah selalu bersikap sopan terhadap dirinya. Sekarang, setelah Frederick mengetahui apa yang baru saja terjadi, ia merasa marah terhadap Kueffeler, ia akan menegurnya nanti.
Sambil mengendarai kudanya, Frederick masuk ke dalam kerumunan dan mencoba untuk meredakan situasi. Di depan khalayak ramai, ia memarahi Kueffeler dengan sangat keras, hingga membuat Kueffler hanya bisa terdiam, menundukkan kepalanya, merasa malu kepada semua anak buahnya. Setelah Frederick memarahi anak buahnya, dengan hati-hati ia turun dari kudanya, menghampiri abah, kemudian dengan sopan ia meminta maaf pada abah dan pada semua calon haji.
“Saya benar-benar meminta maaf pada tuan, seharusnya saya bisa mencegah kejadian ini, dengan datang kemari bersama tuan,” kata Frederick, menyayangkan.
“Sudahlah, kejadian ini tidak bisa dihindari, tapi untunglah Allah menyelamatkan kita semua,” kata abah. “Sekarang dimanakah kapal yang akan mengangkut saya dan semua keluarga saya ke Afrika selatan?”
“Kapal yang ada di hadapan tuan, kapal itu,” kata Frederick, sambil menunjuk dengan jari telunjuknya ke arah kapal yang bertada di hadapan abah.
“Aaaah.. kapal yang sangat bagus, kalau begitu saya ingin berpamitan pada semua kafilah haji, apakah itu dilarang?” kata abah, menyindir sambil tersenyum ramah.
“Tidak... tidak silahkan tuan berpamitan, mengucapkan salam pada semua kafilah haji, silahkan tuan guru,” kata Frederick, dan abah pun tanpa membuang waktu, langsung berjalan meninggalkan Frederick. Abah menghampiri kafilah haji, lalu mulai berkata-kata pada calon-calon haji itu.
“Hari ini adalah hari yang istimewa, jangan lupakan hari ini, jangan pernah lupakan hari ini, hari dimana kita mengalami suatu peristiwa yang menakjubkan, hari dimana Allah telah menunjukkan rasa kasih sayang-Nya pada kita. Janganlah sampai kalian melupakan hari ini, karena jika kalian melupakannya, kalian adalah orang yang tidak tahu berterima kasih, tidak bersyukur. Kalian hampir saja tidak bisa berhaji pada hari ini. Dengarlah semua perkataan saya baik-baik, dengan amat menyesal saya sampaikan pada kalian, bahwa pada hari inilah saya akan berpisah dengan kalian, kita takkan bisa bertemu lagi di kehidupan ini, tapi semoga Allah akan mempertemukan kita di kehidupan berikutnya.” Kata abah, menundukkan kepalanya, menangis. Semua calon haji pun ikut pula menangis bersama abah. “Mulai hari ini saya takkan lagi tinggal di pulau Sailan, pemerintah kolonial Belanda telah memutuskan untuk memindahkan saya beserta semua keluarga saya ke Afrika Selatan, tempat terpencil yang terputus dari dunia luar dan dunia agama, mulai sekarang kita hanya bisa berjuang melalui do’a-do’a, ooohhh saudara-saudaraku.. do’akanlah saya dalam ibadah haji kalian pada tahun ini, doakanlah keselamatan saya, keluarga saya di Afrika, saya juga akan mendo’akan perjuangan kalian di negeri kalian. Ingatlah satu hal, meski orang kulit putih telah melemahkan hukum Syariat dengan melemahkan pemerintahan kesultanan dan melemahkan penguasa kesultanan yang akan menjamin terlaksananya hukum syariat, menggantikannya dengan kesultanan boneka, yang dengan pemerintahan boneka itu orang Belanda akan memperbudak penduduk di negeri kita, tapi jangan khawatir, tapi jangan khawatir, mereka bisa menghancurkan kerajaan surga di negeri kita, tapi mereka takkan bisa menghancurkan kerajaan Allah di hati dan jiwa kita. Hati kita sangatlah luas, karena hati kita dipenuhi dengan penghayatan agama, hati kita adalah tempat berdirinya sebuah kerajaan, jadikan hati kalian sebuah kerajaan Allah yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan pada sesama, jagalah kerajaan Allah dalam hati dan jiwa kalian, jangan sampai ternoda oleh tipu daya penjajah kulit putih, jangan sampai mau diadu domba, meski saya tak bersama dengan kalian lagi, tapi do’a saya selalu menyertai kalian, saya akan mendo’akan perjuangan kalian dalam tiap shalat saya. Do’a yang keluar dari hati yang tulus adalah sebuah senjata ampuh dalam melawan penindasan, janganlah berputus asa, tetaplah bersabar dan bertawakkal pada Allah, Insya Allah perjuangan kita akan kemerdekaan akan terwujud, Oooh Saudara-saudaraku yang seiman, laksanakan rukun haji ketika kalian mendapat kesempatan, karena kelak kalian akan dilarang berhaji oleh penguasa, perbanyaklah sabar di dalam kesempitan, tunjukkanlah kalian lebih baik daripada orang kulit putih dengan kesabaran dan kebaikan hati, jangan ikut menjadi penindas mengikuti penguasa, di jaman ini kalian harus banyak bertapa, bertafakur, jauhilah dunia kekuasaan, jangan sampai kalian terjun ke dunia politik, jangan pernah membantu penguasa, karena penguasa di jaman sekarang telah ternodai oleh pengaruh penjajah, bersabarlah, menyepilah, Insya Allah, Allah akan memenangkankan perjuangan kalian di dalam kesunyian kalian, karena kesunyian kalian lebih kuat daripada kata-kata,” kata abah, mengusap air matanya, lalu mulai berjalan meninggalkan para calon haji, dengan langkah yang sangat berat abah memaksakan diri untuk berjalan menuju kapal layar yang membawanya dan semua keluarganya ke Afrika Selatan.
Untuk berjalan menuju kapal bagi abah sangatlah sukar, karena para calon haji yang menghadang, berebutan untuk mencium tangan abah. Hati abah makin terasa remuk ketika para calon haji berebut mencium tangannya, banyak haji-haji yang menangis, menangisi kepergian abah ke Afrika. Abah tak boleh berlama-lama di tengah kerumunan para haji, hal itu hanya akan menambah kesedihannya saja, dan abah tak boleh larut dalam kesedihan. Maka abah bergegas berjalan menuju kapal, bersama keluarganya ia langsung memasuki kapal, meninggalkan para haji. Tapi pada saat abah beserta keluarganya tinggal selangkah lagi untuk memasuki kapal, Frederick menahannya dengan sopan, Frederick merasa berkewajiban untuk memberikan sesuatu pada abah.
“Saya merasa sangat bersalah karena melarang tuan membawa kitab-kitab tuan, sekarang terimalah alat-alat tulis dan kertas-kertas polos ini dari saya, mungkin abah berkeinginan untuk menulis lagi di tempat tuan yang baru,” kata Frederick, sambil menyerahkan alat tulis dan dua dus kertas polos pada abah.
“Terima kasih banyak, pemberian anda sangat berarti bagi kami,” kata abah, lalu mengulurkan tangannya, menjabat tangan Frederick dengan erat.
“Tidak.. sayalah yang berterima kasih,” kata Frederick, ramah, tersenyum.
*
Abah Ayub berdiri di atas permukaan kapal layar yang besar, terbuat dari bahan kayu yang kokoh, luasnya sama seperti kapal perangnya VOC, hanya saja kapal layar ini berfungsi untuk pengangkutan sipil dan rempah-rempah (Dagang), kapal Layar itu bernama De Roentoeg. Pada saat kapal itu mulai mengangkat jangkarnya dan mulai berlayar, abah melambaikan tangannya pada para calon haji, ia sadar sepenuhnya, hari ini adalah hari terakhir ia bisa bertemu dengan Haji Barmawi dan para calon haji yang mencintainya, hanya Aisyah saja yang tak mampu untuk melambaikan tangannya, dengan mata yang memerah karena menahan air mata, Aisyah hanya bisa melihat para haji, ada pula saudaranya yang ia kenal diantara para calon haji itu, membuat hatinya makin remuk, ketika ia melihat para kafilah haji yang berlarian di pelabuhan mengikuti kapal yang mengangkut abah beserta keluarganya, para haji itu melambaikan tangannya, sambil berteriak meneriakkan nama ‘Abah..abah’. Somad masih belum bisa menerima kenyataan, ia mendapatkan ide untuk kebebasan abah dan semua keluarga abah. Dengan hati-hati, Somad berbisik pada abah yang sibuk menatap para haji dibawah kapal.
“Abah, saya punya ide, bagaimana kalau kita kuasai kapal ini, lalu kita ubah jalur kapal ini, ketika kapal ini sudah berada di tengah laut,, bagaimana abah?” kata Somad.
“Ide yang menarik, tapi lihatlah dua kapal itu yang ikut berjalan di belakang kapal kita, apakah kamu menemukan sesuatu yang mencurigakan dari kedua kapal itu?” kata abah.
“Sepertinya kapal itu, kapal sipil,”
“Bukan sembarang kapal sipil, lihatlah pada dinding-dinding kedua kapal itu. Ada terdapat pintu-pintu misterius yang berukuran besar, jika tidak salah, pintu-pintu tersebut biasa digunakan sebagai pintu meriam. Kedua kapal yang membuntuti kapal kita itu adalah kapal militer, kedua kapal itu bertugas untuk mengawal perjalanan kapal ini,” kata abah, menjelaskan.
“Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?” kata Somad, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Tidak ada, kita tidak akan melakukan apa-apa,” kata abah, tegas. “Memang sangat berat bagi kita untuk meninggalkan saudara-saudara kita, kita pergi ke tempat asing, kenyataan itu sangat mengguncang jiwa, setiap orang yang mengalami dengan apa yang kita alami pasti akan Shock, takkan ada orang yang mampu menerima cobaan seperti cobaan kita, ini ujian agung, tetapi meski cobaan itu berat, kamu harus bisa menghadapi kenyataan, kita harus menerima kenyataan dengan pemahaman yang sempurna, agar kamu bisa mengetahui hikmah dalam setiap peristiwa, bersabarlah, bersabarlah, Allah beserta kita, Dia takkan meninggalkan hambaNya,” kata abah, sambil memegang pundak Somad. Sementara Somad hanya bisa menundukkan kepalanya, mencoba untuk menerima kenyataan.
(Bersambung ke Chapter Masa-masa Sulit)
Rabu, 28 September 2011
Kanopi 7 Eleven Thamrin
"Struktur depan memang kita tidak cek. Karena ini kan dulu bangunan bekas restoran Korea dan ternyata memang besi penyangganya sudah karatan," ujar Idris, divisi sekuriti 7 Eleven, di lokasi kejadian, Jl Teluk Betung, Jakarta Pusat, Rabu (28/9/2011).
Menurut Idris, tidak ada korban jiwa dalam insiden itu. Namun bemper mobil Daihatsu Terios hitam rusak. Pihak 7 Eleven akan menanggung biaya kerusakan itu.
"Biayanya kita yang tanggung," tutur Idris.
Idris menambahkan, seluruh bangunan di 7 Eleven dinilainya kokoh. Hanya bagian kanopi depan saja yang roboh dan segera diperbaiki. Egir Rivki - detikNews
Pantauan detikcom, sekitar 20 orang pekerja langsung menyingkirkan puing kanopi yang roboh. Meski demikian, minimarket itu tetap buka dan sekitar 10 remaja bersantai menikmati makanan dan minuman.
Sabtu, 16 Juli 2011
11 Tahun Jelajahi Dunia dengan Mobil Kuno
asiaone Keluarga Zapp SUBANG JAYA, KOMPAS.com — Awalnya pasangan Herman (43) dan Candelaria Zapp (41) hanya ingin melakukan perjalanan dari Buenos Aires, Argentina, ke Alaska, Amerika Serikat. Menjadi turis backpacker, mereka menggunakan mobil Graham-Paige buatan 1928 yang sudah dimodifikasi.
Ternyata sejak berangkat dari Buenos Aires pada 2001 itu, hingga kini mereka belum kembali ke Tanah Air karena tujuan perjalanan mereka terus bertambah.
Setelah dari Alaska, pasangan Zapp melanjutkan perjalanan, tidak berhenti di Benua Amerika saja. Mereka kini sudah menginjak Asia. Mereka berkunjung ke Korea Selatan, Jepang, Filipina, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Indonesia.
Selama 11 tahun bertualang dengan mobil yang bisa "berubah" menjadi tenda itu, pasangan Zapp sudah memiliki empat anak yang lahir di empat negara berbeda.
Nahuel Pampa, si sulung, lahir sembilan tahun lalu di AS. Putra kedua mereka, Lucas Tehue (6), lahir di Argentina. Disusul Paloma Huya (3) yang lahir di Kanada. Sementeaa si bungsu Marco Wallaby "bertanah air" di Australia.
"Meskipun lahir di beberapa negara berbeda, mereka tetap anak-anak Argentina," kata Herman, di Subang Jaya, Malaysia.
Keluarga Zapp ogah disebut turis bila berada di negara asing.
"Kami hanya musafir biasa," ucapnya ketika berada di Subang Jaya.
Yang pertama menarik perhatian warga di setiap tempat yang dikunjungi adalah mobil kuno mereka.
"Orang selalu menanyakan bagaimana mobil kuno itu bisa berkeliling dunia tanpa mogok. Tentu saja ada kalanya mobil ini ngadat," kata Herman ketika berada di acara kumpul-kumpul penggemar mobil kuno yang diadakan Malaysia and Singapore Vintage Cars Register di Subang Jaya, Rabu (13/7/2011).
"Bila kami mendapat kesulitan di jalan, ada saja yang mau menolong di saat yang tepat. Atau kami bertemu orang yang tepat," imbuhnya.
Menurut Candelaria, anak-anaknya belajar tentang dunia secara langsung. Meskipun demikian, dia tidak mengabaikan pendidikan formal. Anak-anaknya mendapat pendidikan secara home schooling begitu berusia enam tahun.
"Kami sudah pernah mengalami berbagai kesulitan. Kehidupan nyata memang tidak pernah nyaman, tetapi begitulah kehidupan kita, menghadapi tantangan," ujarnya.
Dari Malaysia mereka akan melanjutkan perjalanan ke Thailand dan banyak tempat lain sebelum pulang.
Pengalaman mereka sudah dibukukan dalam Spark Your Dream dan situs web www.sparkyourdream.com.
Presiden SBY Tersandera Partai Politik
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai sangat tersandera partai politik. Setiap kali hendak memutuskan sesuatu, Presiden lebih banyak mempertimbangkan hitung-hitungan politik daripada urgensinya bagi masyarakat.
"Sistem telanjur dijajah parpol. Kabinet politik sebenarnya tak ada dalam sistem presidensiil. Sejak zaman Gus Dur porsi orang politik sudah ada 34 persen, tetapi paling besar porsi politik di kabinet SBY, sampai 59 persen. Jadi, jangan heran kalau ada instruksi tidak dilaksanakan, reshuffle susah dilakukan," kata pengamat politik Yunarto Wijaya di Cikini, Jakarta, Sabtu (16/7/2011).
Yunarto menambahkan, hal ini terbukti dari hasil evaluasi terbaru terhadap kinerja para menteri. Presiden sendiri mengatakan, 50 persen instruksinya tidak dijalankan para menteri. Ketua UKP4 Kuntoro Mangkusubroto pun mendefinisikan bahwa ada 50 persen kementerian yang tidak menjalankan kinerjanya dengan baik.
Menurut Yunarto, seharusnya Presiden bisa segera mengambil langkah tegas terhadap para menteri yang kinerjanya buruk. Apalagi, yang diketahui masih buruk sejak evaluasi sebelumnya. Namun, sayang, Presiden terganjal kewenangan partai politik dalam sistem pemerintahannya.
"Susahnya bertindak, ya, itu. Jadi, karena ketika dulu kabinet diketok bersama-sama dengan ketua parpol lain, tak mudah reshuffle dengan keputusan sendiri," ungkapnya.
Yunarto menegaskan, itu merupakan masalah serius kepemimpinan dalam sistem presidensiil. Pasalnya, Presiden SBY sendiri yang dinilai melembagakan kewenangan parpol itu untuk menyandera pemerintahannya. "Yang terjadi, dia malah melembagakan sistem yang menyandera dirinya sendiri. Dia mengangkat ketua partai besar untuk memimpin wadah, namanya Setgab. Lalu, dia menjatuhkan dirinya dengan ikut rapat berkala dengan orang politik. Dia sendiri melembagakan itu. Semuanya malah membuat runyam," tandas Yunarto.
Oleh karena itu, sistem tersebut harus diubah dalam UU Paket Politik mendatang. Sistem politik tidak boleh lagi terjajah oleh partai politik seperti yang selama ini sudah terjadi.Jumat, 15 Juli 2011
jalan tol jakarta-merak yang tidak kunjung usai
saya sempat menggobrol dengan bapak bapak kira2 usia 52 thn yang bekerja sebagai dosen upi di bandung. di smoking area sambil berkenalan dan menawarkan sebatang rokok saya mengobrol tentang kondisi jalan yg belum selesai. dia membahas jika saja proyek ini dibangun dengan aspal kualitas satu dan tidak ada kerusakan maka uang tender tidak akan bisa diselewengkan. contoh : jika proyek jalan setah sekali rusak maka proyek akan terus berjalan dan uang sampingan juga akan ada tiap tahun nya. saya sempat tidak percaya dengan obrolan itu. tetapi mungkin ada betul nya juga bapak tersebut. saya menjawab kepada beliau, bukankah jalan tol menggunakan sistem tender? yang dilaksanakan oleh pihak swasta? beliau menjawab memang di lakukan oleh pihak swasta tetapi tetap dipegang atau diawasi oleh oknum pemerintah yang mengingkan bagi hasil tersebut pihak pekerja mau tidak mau harus berbagi . menurut saya benar atau tidak nya tergantung dari kualitas aspal tol itu sendiri jika bertahan lama berarti pemerintah dan pemegang tender memang bersih dari dugaan bapak tersebut.
Senin, 04 Juli 2011
Tugas MK sistem politik indonesia
Susunan dan keanggotaan komisi ditetapkan oleh DPR dalam Rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi, pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan Tahun Sidang. Setiap Anggota, kecuali Pimpinan MPR dan DPR, harus menjadi anggota salah satu komisi.
Jumlah Komisi, Pasangan Kerja Komisi dan Ruang Lingkup Tugas Komisi diatur lebih lanjut dengan Keputusan DPR yang didasarkan pada institusi pemerintah, baik lembaga kementerian negara maupun lembaga non-kementerian, dan sekretariat lembaga negara, dengan mempertimbangkan keefektifan tugas DPR.
Tugas Komisi dalam pembentukan undang-undang adalah mengadakan persiapan, penyusunan, pembahasan, dan penyempurnaan Rancangan Undang-Undang yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya.
Tugas Komisi di bidang anggaran lain:
- mengadakan Pembicaraan Pendahuluan mengenai penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-sama dengan Pemerintah; dan
- mengadakan pembahasan dan mengajukan usul penyempurnaan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-sama dengan pemerintah.
Tugas komisi di bidang pengawasan antara lain:
- melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, termasuk APBN, serta peraturan pelaksanaannya;
- membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan yang terkait dengan ruang lingkup tugasnya;
- melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah; serta
- membahas dan menindklanjuti usulan DPD.
Komisi dalam melaksanakan tugasnya dapat: mengadakan Rapat kerja dengan Presiden, yang dapat diwakili oleh Menteri; mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan pejabat pemerintah yang mewakili intansinya, mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum, mengadakan kunjungan kerja dalam Masa Reses.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mempunyai 11 (sebelas) Komisi. Ruang lingkup tugas masing-masing Komisi adalah sebagai berikut :
| KOMISI I | v Pertahanan, Luar Negeri, dan Informasi |
| KOMISI II | v Pemerintahan Dalam Negeri, Otonomi Daerah, Aparatur Negara, dan Agraria. |
| KOMISI III | v Hukum dan Perundang-undangan, HAM dan Keamanan |
| KOMISI IV | v Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, dan Pangan |
| KOMISI V | v Perhubungan, Telekomunikasi, Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, Pembangunan Pedesaan danKawasan Tertinggal. |
| KOMISI VI | v Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, UKM, dan BUMN |
| KOMISI VII | v Energi, Sumber Daya Mineral, Riset dan Teknologi, Lingkungan Hidup |
| KOMISI VIII | v Agama, Sosial dan Pemberdayaan Perempuan |
| KOMISI IX | v Kependudukan, Kesehatan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi |
| KOMISI X | v Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Kesenian dan Kebudayaan |
| KOMISI XI | v Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional, Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank |
Komisi dalam melaksanakan tugas dapat : mengadakan Rapat Kerja dengan Presiden yang dapat diwakili oleh Menteri; mengadakan konsultasi dengan DPD; mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan pejabat Pemerintah yang mewakili instansinya; mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum, baik atas permintaan Komisi maupun atas permintaan pihak lain.
PENGERTIAN DAN BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
PENGERTIAN DAN BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
William N. Dunn (2000) mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan. Weimer and Vining, (1998:1): The product of policy analysis is advice. Specifically, it is advice that inform some public policy decision. Jadi analisis kebijakan publik lebih merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan publik yang berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi publik berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan kebijakan.
Analisis kebijakan publik bertujuan memberikan rekomendasi untuk membantu para pembuat kebijakan dalam upaya memecahkan masalah-masalah publik. Di dalam analisis kebijakan publik terdapat informasi-informasi berkaitan dengan masalah-masalah publik serta argumen-argumen tentang berbagai alternatif kebijakan, sebagai bahan pertimbangan atau masukan kepada pihak pembuat kebijakan.
Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat dibedakan antara analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan sesudah adanya kebijakan publik tertentu. Analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik berpijak pada permasalahan publik semata sehingga hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan publik yang baru. Keduanya baik analisis kebijakan sebelum maupun sesudah adanya kebijakan mempunyai tujuan yang sama yakni memberikan rekomendasi kebijakan kepada penentu kebijakan agar didapat kebijakan yang lebih berkualitas. Dunn (2000: 117) membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan publik, yaitu:
1.Analisis kebijakan prospektif
Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.
2.Analisis kebijakan retrospektif
Analisis Kebijakan Retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga tipe analisis retrospektif ini terdapat kelebihan dan kelemahan.
3.Analisis kebijakan yang terintegrasi
Analisis Kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat.
Sumber buku Analisis Kebijakan Publik karya Liestyodono
Filed under: FISIP/HUKUM Ditandai: | Administrasi
Tugas . Makalah pengangguran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Keadaan Penganggur dan Setengah Pengangguran.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain.
Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78 juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi seperti ini akan sangat berbahaya dan mengancam stabilitas nasional.
Masalah lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan demikian masalah pengangguran terbuka dan setengah penganggur berjumlah 38 juta orang yang harus segera dituntaskan.
B. Keadaan Angkatan Kerja dan Keadaan Kesempatan Kerja.
Masalah pengangguran dan setengah pengangguran tersebut di atas salah satunya dipengaruhi oleh besarnya angkatan kerja. Angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2002 sebesar 100,8 juta orang. Mereka ini didominasi oleh angkatan kerja usia sekolah (15-24 tahun) sebanyak 20,7 juta. Pada sisi lain, 45,33 juta orang hanya berpendidikan SD kebawah, ini berarti bahwa angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah.
Keadaan lain yang juga mempengaruhi pengangguran dan setengah pengangguran tersebut adalah keadaan kesempatan kerja. Pada tahun 2002, jumlah orang yang bekerja adalah sebesar 91,6 juta orang. Sekitar 44,33 persen kesempatan kerja ini berada disektor pertanian, yang hingga saat ini tingkat produktivitasnya masih tergolong rendah. Selanjutnya 63,79 juta dari kesempatan kerja yang tersedia tersebut berstatus informal.
Ciri lain dari kesempatan kerja Indonesia adalah dominannya lulusan pendidikan SLTP ke bawah. Ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja yang tersedia adalah bagi golongan berpendidikan rendah.
Seluruh gambaran di atas menunjukkan bahwa kesempatan kerja di Indonesia mempunyai persyaratan kerja yang rendah dan memberikan imbalan yang kurang layak. Implikasinya adalah produktivitas tenaga kerja rendah.
Sasaran
Sasaran yang diharapkan, dirumuskan sebagai berikut :
Menurunnya jumlah penganggur terbuka dari 0,96 pesen menjadi 5,5 persen pada tahun 2009.
Menurunnya jumlah setengah penganggur dari 28,65 persen menjadi 20 persen dari jumlah yang bekerja pada tahun 2009.
Meningkatnya jumlah tenaga kerja formal dari 36,71 persen menjadi 60 persen dari jumlah yang bekerja pada tahun 2009.
Menurunnya jumlah angkatan kerja usia sekolah dari 20,54 persen menjadi 15 persen pada tahun 2009.
Tingkatkan perluasan lapangan kerja dari 91,65 juta orang menjadi 108,97 juta orang. Terbangunnya jejaring antara pusat dengan seluruh Kabupaten/kota.
Untuk mencapai hal tersebut disusun strategi, kebijakan dan program-program yang perlu terus dibahas untuk menjadi kesepakatan semua pihak, meliputi Pengendalian Jumlah Angkatan kerja peningkatan Kualitas angkatan Kerja; peningkatan Efektivitas Informasi Pasar Kerja dan Bursa Kerja; pembinaan Hubungan Industrial. (Sumber: Deklarasi Penanggulangan Pengangguran di Indonesia, 29 Juni 2004; Bahan Raker Komisi VII DPR-RI dan Menakertrans, 11 Pebruari 2004). Sumber : Majalah Nakertrans Edisi - 03 TH.XXIV-Juni 2004
C. Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik
Selain masalah upah, persoalan mendasar ketenagakerjaan di Indonesia saat ini menyangkut tingkat pengangguran. Ini disebabkan pertambahan angkatan kerja baru jauh lebih besar dibanding pertumbuhan lapangan kerja produktif yang dapat diciptakan setiap tahun. Pasca krisis moneter, gap tersebut semakin membengkak tajam.
Pada tahun 1998 tingkat pengangguran mencapai 5,7 persen. Angka ini sebenarnya masih di sekitar tingkat pengangguran natural (Natural Rate of Unemployment), suatu tingkat yang secara alamiah mustahil dihindarkan. Ini mencakup pengangguran yang muncul karena peralihan antar kerja oleh tenaga kerja. Dengan jumlah angkatan kerja 92,7 juta, pengangguran 5,7 persen berarti terdapat 4,5 juta orang penganggur.
Sebenarnya tingkat pengangguran ini relatif kecil dibanding tingkat pengangguran di beberapa negara industri maju di Eropa di tahun 90-an yang bahkan mencapai dua digit. Namun tingkat pengangguran 5,7 persen tersebut sebenarnya adalah angka pengangguran terbuka (open unemployment), yakni penduduk angkatan kerja yang benar-benar menganggur. Di luar pengertian tersebut, terdapat sejumlah besar penganggur yang dalam konsep ekonomi termasuk dalam kualifikasi pengangguran terselubung (disguised unemployment), yakni tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya disebabkan lemahnya permintaan tenaga kerja. Konsep lainnya adalah under employment, yakni tenaga kerja yang jumlah jam kerjanya tidak optimal karena ketiadaan kesempatan untuk bekerja.
Berdasarkan data BPS (Biro Pusat Statistik) sampai Mei 1997, sekitar 45 persen tenaga kerja bekerja di bawah 35 jam per minggu atau setara dengan 25 persen pengangguran penuh. Jika ditambah angka pengangguran terbuka 2.67 persen dan pengaruh krisis ekonomi yang berkepanjangan, total pengangguran nyata bisa mencapai 35-40 persen. Suatu tingkat yang sangat serius dan membahayakan dalam pembangunan nasional.
Di samping masalah tingginya angka pengangguran, yang termasuk juga rawan adalah pengangguran tenaga terdidik, yaitu angkatan kerja berpendidikan menengah ke atas dan tidak bekerja. Fenomena ini patut diantisipasi sebab cakupannya berdimensi luas, khususnya dalam kaitannya dengan strategi serta kebijakan perekonomian dan pendidikan nasional.
Pola Pengangguran
Dari tabel di bawah mengungkapkan beberapa hal menarik. Pertama, pada 1998, hampir separuh (49 persen) penganggur ternyata berpendidikan menengah atas (SMTA Umum dan Kejuruan). Kedua, periode 1982-1998, terjadi peningkatan pengangguran berpendidikan menengah ke atas (SMTA, Akademi dan Sarjana) secara signifikan dari 26 persen menjadi 57 persen, atau meningkat hampir 120 persen. Ketiga, laju peningkatan pengangguran di sekolah menengah kejuruan lebih rendah daripada sekolah menengah umum, baik pada menengah pertama maupun pada menengah atas. Keempat, persentase peningkatan tingkat pengangguran berpendidikan sarjana adalah paling tinggi, yang melonjak dari 0,57 persen pada 1982 menjadi 5,02 persen pada 1998.
Tabel
Struktur Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan (%)
Pendidikan 1982 1995 1998
SD ke bawah 61.74 40.68 23.09
SLTP 11.79 16.33 19.44
SLTA Umum 12.30 24.90 32.13
SLTA Kejuruan 12.69 11.61 16.86
Diploma 0.91 2.61 3.47
- Diploma I 0.74 0.94
- Diploma II 1.87 2.53
Universitas 0.57 3.86 5.02
Sumber: Statistik Tahunan Indonesia, 1985, 1995, 1998
Beberapa Sebab
Secara kualitatif, kualitas tenaga kerja nasional meningkat disebabkan dua hal. Pertama, pembangunan ekonomi pada tingkat tertentu berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat lebih mampu membiayai pendidikan formal dan mengakomodasi makanan bergizi yang membantu kualitas tenaga kerja. Kedua, berbagai kebijakan di bidang pendidikan nasional membawa peningkatan pada kualitas pendidikan formal angkatan kerja. Akan tetapi, pada saat angkatan kerja terdidik meningkat dengan pesat, lapangan kerja masih didominasi sektor-sektor subsistensi yang tidak membutuhkan tenaga kerja berpendidikan.
Ini menimbulkan gejala supply induce di mana tenaga kerja terdidik yang jumlahnya cukup besar memberi tekanan kuat terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang jumlahnya relatif kecil, sehingga terjadi pendayagunaan tenaga kerja terdidik yang tidak optimal.
Secara makro ini juga disebabkan transformasi struktur ekonomi dari sektor primer (pertanian) ke sektor sekunder dan tersier (industri dan jasa) tidak diikuti transformasi penyerapan tenaga kerja. Periode 1980-98, penyerapan tenaga kerja sektor primer turun 9 persen menjadi 47 persen, sementara sektor sekunder dan tersier hanya meningkat 3 persen dari 23 persen. Di lain pihak kontribusi sektor primer terhadap PDB turun sebesar 9 persen menjadi 15 persen sementara sektor sekunder dan tersier meningkat sekitar 14 persen menjadi 27 persen.
Tampaknya gejala tersebut diakibatkan pola perkembangan industri saat ini yang kurang berbasis pada permasalahan nasional yang sifatnya seolah labor surplus padahal karena permintaan yang kecil. Dengan demikian, di samping membangun industri skala besar yang sifatnya padat modal dan teknologi, perhatian juga sudah seharusnya diberikan pada pengembangan industri yang lebih berorientasi pada penyerapan tenaga kerja terdidik yang tidak hanya jumlahnya besar tetapi juga tumbuh dengan sangat cepat.
Perlu juga penanganan serius terhadap tingginya persentase lulusan SMTA Umum yang menganggur (lebih tinggi daripada SMTA Kejuruan). Hal ini karena pada dasarnya SMTA Umum dipersiapkan untuk memasuki perguruan tinggi, pada hal untuk masuk ke dunia perguruan tinggi, selain tempat terbatas, mahalnya biaya juga menjadi kendala utama.
Berbagai perubahan menyangkut penjurusan di tingkat menengah atas tampaknya tidak akan mampu menjawab permasalahan kualitas angkatan kerja golongan pendidikan ini. Seharusnya, kurikulum SMTA Umum sekarang mendapat proporsi keterampilan praktis sehingga bilamana lulusan SMTA tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi, paling tidak sudah memiliki bekal keterampilan yang dibutuhkan untuk masuk dunia kerja. Apa yang terjadi sekarang adalah, mayoritas angkatan kerja berpendidikan SMTA Umum bekerja di sektor perdagangan dan sektor informal yang produktivitasnya relatif rendah.
Selain itu, di tengah membengkaknya jumlah penganggur, ternyata lowongan kerja yang belum terisi cenderung meningkat serta porsinya terhadap lowongan kerja relatif besar. Menurut data Sub Direktorat Informasi Pasar Kerja, Depnaker April 1998, dari 254.032 lowongan kerja terdaftar, terdapat 15 persen lowongan kerja yang tidak dapat terisi. Sekitar 50 persen di antaranya adalah angkatan kerja berpendidikan sarjana dan sarjana muda, sedangkan paling rendah lulusan SD dan diploma satu (D1) sekitar 10 persen.
Tingginya proporsi lowongan kerja untuk sarjana dan sarjana muda yang belum terisi menunjukkan adanya kesenjangan antara kualitas penawaran tenaga kerja (dunia perguruan tinggi) dengan kualitas permintaan tenaga kerja (dunia usaha). Kesenjangan ini memang sudah sering diangkat ke permukaan sampai lahirnya konsep link and match.
Masalahnya, sejauh mana konsep tersebut tertuang dalam kerangka yang lebih operasional. Secara fungsional, beberapa perguruan tinggi swasta (PTS) sudah menerapkan hal ini di mana banyak praktisi bisnis menjadi dosen-dosen PTS, yang secara perlahan membawa perubahan pada kurikulum. Akan tetapi, bila tidak diimbangi dengan penjembatanan secara struktural, misalnya dengan berbagai proyek kerjasama penelitian antara dunia usaha dengan perguruan tinggi yang melibatkan mahasiswa, dosen, peneliti dan praktisi niscaya sulit untuk mempersempit gap tersebut.
Permagangan mungkin salah satu alternatif solusi praktis dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa dunia usaha terkesan tertutup terhadap mahasiswa yang datang untuk melakukan kegiatan penelitian (riset) sehingga menguatkan adanya kesenjangan tersebut. Tapi ini juga belum ditangani secara serius dan terpadu.
BAB II
M A S A L A H
A. Tiap Tahun, Angka Pengangguran Indonesia Naik
Sejak 1997 sampai 2003, angka pengangguran terbuka di Indonesia terus menaik, dari 4,18 juta menjadi 11,35 juta. Didominasi oleh penganggur usia muda. Selain usia muda, pengangguran juga banyak mencakup berpendidikan rendah, tinggal di pulau Jawa dan berlokasi di daerah perkotaan. Intensitas permasalahan juga lebih banyak terjadi pada penganggur wanita dan pengaggur terdidik.
Pengangguran dan setengah pengangguran merupakan permasalahan di muara yang tidak bisa diselesaikan pada titik itu saja, tapi juga harus ditangani dari hulu. Sektor di hulu yang banyak berdampak pada pengangguran dan setengah pengangguran adalah sektor kependudukan, pendidikan dan ekonomi.
Ada tiga asumsi yang menjadi harapan untuk menurunkan pengangguran dan setengah pengangguran. Pertama, pertumbuhan tenaga kerja rata-rata pertahun dapat ditekan dari 2,0 persen pada periode 2000-2005 menjadi 1,7 persen pada periode 2005-2009. Demikian juga pertumbuhan angkatan kerja, dapat ditekan menjadi 1,9 persen pada periode 2005-2009 dari periode sebelumnya yang mencapai 2,4 persen. Kedua, dapat ditingkatkannya pertumbuhan ekonomi menjadi 6,0 persen pada periode 2005-2009 dari periode sebelumnya yang hanya mencapai 4,1 persen. Ketiga, transformasi sektor informal ke sektor formal dapat dipercepat baik di daerah perkotaan maupun pedesaan terutama di sektor pertanian, perdagangan, jasa dan industri.
B. Masalah Buruh-Pengusaha Belum Terpecahkan, Pengangguran Terus Bertambah
Kolapsnya perekonomian Indonesia sejak krisis pada pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa.
Bayangkan, pada 1997, jumlah penganggur terbuka mencapai 4,18 juta. Selanjutnya, pada 1999 (6,03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta), 2002 (9,13 juta) dan 2003 (11,35 juta). Sementara itu, data pekerja dan pengangguran menunjukkan, pada 2001: usia kerja (144,033 juta), angkatan kerja (98,812 juta), penduduk yang kerja (90,807 juta), penganggur terbuka (8,005 juta), setengah penganggur terpaksa (6,010 juta), setengah penganggur sukarela (24,422 juta); pada 2002: usia kerja (148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta), penduduk yang kerja (91,647 juta), penganggur terbuka (9,132 juta), setengah penganggur terpaksa (28,869 juta), setengah penganggur sukarela .
Sebenarnya, untuk menurunkan pengangguran dan setengah pengangguran bisa saja dicapai lewa tiga asumsi dasar, yaitu pertama, pertumbuhan tenaga kerja rata-rata pertahun ditekan dari 2,0 persen pada periode 2000-2005 menjadi 1,7 persen pada periode 2005-2009. Demikian juga pertumbuhan angkatan kerja, ditekan menjadi 1,9 persen pada periode 2005-2009 dari periode sebelumnya yang mencapai 2,4 persen. Kedua, pertumbuhan ekonomi ditingkatkan menjadi 6,0 persen pada periode 2005-2009 dari periode sebelumnya yang hanya mencapai 4,1 persen. Ketiga, mempercepat transformasi sektor informal ke sektor formal, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan, terutama di sektor pertanian, perdagangan, jasa dan industri.
Tapi pemecahan persoalan tidak semudah itu. Bicara soal ketenagakerjaan tidak akan lepas dari persoalan buruh dan pengusaha yang tiap hari kian mencuat ke permukaan. Sejak 2000, persoalan terus datang, hingga “terpaksa” harus melahirkan paket Undang Undang Serikat Pekerja, Ketenagakerjaan dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI). Selesaikan masalah? Tunggu dulu, lihatlah data berikut:
Perselisihan Hubungan Industrial (PHI)
2001: Perkara yg Masuk (81), Jumlah Putusan (80), Sisa*) Perkara (73) *) Akumulasi dengan Sisa perkara Bulan Sebelumnya
2002: Perkara masuk (101), Jumlah putusan (91), sisa perkara (189)
Keterangan: Data Perselisihan dari P4P tidak dibuat angka komulatif
2003: Perkara masuk (95), jumlah putusan (95), Sisa perkara (321)
Keterangan: Data Perselisihan dari P4P tidak dibuat angka komulatif
Sumber: Depnakertrans, Ditjen Binawas
Jumlah Perkara dan Tenaga Kerja yang Terkena PHK
2002: Kasus PHK (2.445), Tenaga Kerja PHK (114.933), kasus PHI (101)
2003: Kasus PHK (12.175), tenaga kerja PHK (110.145), kasus PHI (95)
Sumber: Depnakertrans, Ditjen Binawas
Pemogokan
2001: Kasus Pemogokan (174), tenaga kerja yang terlibat (109.845)
2002: Kasus pemogokan (220), tenaga kerja yang terlibat (769.142)
2003: Kasus pemogokan (146), tenaga kerja yang terlibat (61.790)
Sumber: Depnakertrans, Ditjen Binawas
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
2001: Perkara yang masuk (2.160), jumlah putusan (1.906), sisa perkara (2.632)
*) Akumulasi dengan Sisa perkara Bulan Sebelumnya
2002: Perkara yang masuk (2.445), jumlah putusan (1.980), sisa perkara (4.415)
Keterangan: Data PHK dari P4P tidak dibuat angka komulatif
2003: Perkara yang masuk (2.175), jumlah putusan (2.098), sisa perkara (6.393)
Keterangan: Data PHK dari P4P tidak dibuat angka komulatif
Sumber: Depnakertrans, Ditjen Binawas
Jumlah Tenaga Kerja yang Terkena PHK
2002: Perkara yang masuk (114.933), jumlah putusan (98.565), sisa perkara (205.867) Keterangan: Jumlah TK dari P4P tidak dibuat angka komulatif
2003: Perkara yang masuk (110.145), jumlah putusan (117.357), sisa perkara (223.413) Keterangan: Jumlah TK dari P4P tidak dibuat angka komulatif
Sumber: Depnakertrans, Ditjen Binawas
Berdasarkan data di atas, jelas masalah buruh dan pengusaha seakan juga menjadi bom waktu yang tiap saat bisa meledak dan menghancurkan kerangka ketenagakerjaan Indonesia. Fakta hubungan buruh dan pengusaha tidak bisa serta merta terselesaikan dengan hadirnya UU Ketenagakerjaan dan PPHI. uruh itu hanya concern pada dua hal: PHK dan penyelesaian perselisihan,. Tentunya, tidak perlu harus mengeluarkan UU baru yang ternyata menguntungkan pasar bebas.
Ditambah lagi, adanya pernyataan beberapa ekonom yang mengatakan, kenaikan upah minimum akan menyumbang pengangguran sebesar satu persen, jelas menguntungkan pasar bebas itu. Jumlah buruh di 2665 perusahaan tekstil dan produksi tekstil serta terkait dengan industri tesktil dan produksi tekstil saja mencapai 4,7 juta. Belum di industri lainnya. Pertanyaannya, apakah hak upah minimum itu berkorelasi dengan pengangguran? Soal pengangguran itu jelas terkait dengan krisis ekonomi yang tidak bisa diselesaikan pemerintah. 62,5 persen pangsa pasar tenaga kerja itu ada di desa. Tidak ada korelasi, dan upah minimum bukan penyebab utama pengangguran itu.
Tuntutan kesejahteraan buruh itu, adalah hak buruh yang bisa dipahami, memang harus ada berbagai jaminan. Tapi yang bisa di berikan saat ini adalah yang sesuai dengan dukungan ekonomi kita, itu dulu deh. Tanpa ada kemampuan yang didukung ekonomi nasional, jelas makin hari makin terjadi PHK, industri tidak bersaing sehingga terjadi deindustrialisasi dan jadilah pedagang. Tidak heran saat ini, banyak industri berubah jadi trading, impor. Bagi pengusaha, itu tidak ada masalah. Tapi siapa yang akan memberikan pekerjaan?
Soal ketenagakerjaan memang menjadi hal pokok dalam menggerakkan iklim investasi. Karena investor akan melihat, normatif ketenagakerjaan Indonesia bagaimana, upah minimumnya, compete tidak? Jika upah buruh naik, produktifitas tidak naik, itu namanya tidak baik dan mampu berkompetisi. UU yang baru ini jelas memberatkan pengusaha. Investasi akan semakin tidak mampu masuk, sehingga terjadi pengangguran yang tentunya, kesejahteraan buruhpun jadi terhambat.
Soal paketan UU Ketenagakerjaan boleh jadi harus menjadi perhatian serius. Karena berdasarkan riset ILO (International Labour Organization) 2-3 tahun terakhir, lebih dari 60 persen angkatan kerja Indonesia ada di sektor informal. Sisanya, ada di sektor formal, bekerja di perusahaan, pegawai negeri dan lainnya yang memang mempunyai jaminan perlindungan, seperti tiap bulan mendapatkan gaji tetap, ada jaminan kesehatan dan lainnya. Informal yang jumlahnya jelas lebih banyak ini, tentunya tidak mempunyai jaminan sama sekali: satu perbandingan yang tidak sehat. Celakanya, UU Ketenagakerjaan justru membuat pengusaha menutup perusahaannya yang kemudian menurunkan kesempatan meningkatkan penciptaan lapangan pekerjaan. Kemungkinan, tutupnya perusahan elektronik SONY dan DOSON yang memproduksi sepatu Reebok, akan diikuti juga perusahaan lainnya. Di sisi lain, kompetisi usaha Indonesiapun semakin menurun. Jelas, Cina dan Thailand bukanlah kompetitor lagi. Bahkan, kemungkinan kita akan dikejar oleh Vietnam, Laos dan Kamboja.
Soal buruh dan pengusaha, sebenarnya banyak yang bisa dilakukan pemerintah, bukan sekadar mendapatkan win-win solution, tapi juga memperhatikan kepentingan publik. Satu contoh yang mungkin pengusaha dan buruh lainnya juga sepakat, penggunaan keuntungan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) untuk kepentingan buruh dan pengusaha. Janganlah pemerintah mengambil deviden dari Jamsostek, tapi kembalikan ke buruh. Komponen pengeluaran besar buruh adalah penginapan dan transportasi. Dana Jamsostek yang surplus sekitar satu triliun rupiah itukan bisa dikembalikan ke buruh dengan membangun perumahan buruh yang tersebar di sekitar sentra industri. Artinya, buruh bisa save biaya transportasi dan memberikan hidup yang lebih layak.
Bahkan, buruh sebenarnya mau berkompromi untuk menunda pemenuhan hak yang mereka tuntut. Tidak apa-apa upah tidak dinaikkan untuk sementara. Tapi pemerintah jangan menaikkan harga barang, listrik dan layanan publik lainnya dong. Dana Jamsostek itu juga seharusnya bisa dijadikan solusi dalam hal kesejahteraan buruh.
Fakta tetap mengatakan, jumlah pengangguran terus bertambah. Jelas, mau tidak mau, semua mata serasa tertuju ke Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) sebagai operator (pemerintah) penyelesaian soal ketenagakerjaan ini. Untuk menanggulangi masalah penganggur dan setengah penganggur, efek netto dari hasil pembangunan yang diperkirakan akan semakin baik di masa mendatang perlu didistribusikan kembali kepada masyarakat dalam berbagai bentuk, antara lain terciptanya kesempatan kerja produktif dan remunerative. Dengan cara ini, redistribusi pendapatan dalam bentuk seperti pengalihan subsidi BBM tidak perlu lagi dilakukan, atau hanya bersifat supplemen bilamana keadaan terlalu memaksa.
Kebijakan itu perlu ditempuh untuk menghindari dampak negatif yang lebih besar dari sekadar dampak negatif, seperti yang kita alami sekarang ini. Ketidak-stabilan peta politik dan keamanan, kemungkinan besar akan semakin parah dan mengganggu sendi-sendi pembangunan lainnya. Bila hal ini benar-benar terjadi, Indonesia akan berada pada bibir jurang kehancuran yang sulit dihindarkan. Untuk itu seluruh komponen bangsa, termasuk instansi-instansi pemerintah yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan dan ketenaga-kerjaan untuk harus segera mengkonsolidasikan diri, bersama-sama mengatasi masalah ini. Konsolidasi ini, mencakup berbagai aspek penting, antara lain: identifikasi dan pemilihan program, pembiayaan, koordinasi pelaksanaan, pengawasan dan lain-lain. Tanpa harus mengabaikan core-programe masing-masing instansi atau pihak terkait, aspek penanggulangan pengangguran harus dijadikan sebagai titik perhatian. Depnaker tidak mampu mengatasi pengangguran. Yang mampu mengatasinya adalah semua sektor, pemerintah dan masyarakat sendiri, harus bersama-sama.
Selama ini Depnakertranas sudah menyebarkan informasi dan mendorong ke arah wira-usaha. Umumnya negara berkembang, 54-60 persen sektor informal mampu menampung pencari kerja, sebagai usaha mandiri, kecil-menengah. Yang di dorong itu pencari kerjanya, baik lewat tenaga kerja pemuda mandiri professional, tenaga kerja terdidik, lalu masalah pengembangan penerapan teknologi tepat guna, maupun pola-pola pemberian kredit bank.
Selain itu, Depnakertrans juga mencoba “menyentil” instansi lain untuk peduli terhadap masalah pengangguran, supaya juga bisa membuat tolak ukur, membuat gambaran: berapa sektor kerja dan tenaga kerja yang riil ada. Seperti pertanian, dimana diharapkan mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Data-data menunjukkan, sampai dengan 40 persen, sektor pertanian menyerap tenaga kerja. Kemudian diikuti sektor kelautan. Untuk itu, departemen pertanian dan kelautan misalnya, harusnya mampu memperluas kesempatan pekerjaan di sektor mereka sendiri.
Tapi Depnakertrans mengaku, anggaran yang dimiliki sangat terbatas untuk mendorong kesempatan kerja. Untuk 2002 saja, Depnakertrans hanya mempunyai dana 40-41 milyar rupiah dan dibagikan ke seluruh Indonesia. Programnya mencakup pelatihan dan upaya-upaya pendorongan ke wira-usaha. Idealnya untuk penanggulangan penganggur ini, Depnakertrans diberikan dana sekitar 1 trilyun rupiah agar sampai tenaga kerja sarjana bisa di tampung dan fokuskan pada pengembangan desa. Karena desa memerlukan ahli, motivator, perencana, dinamisator masyarakat desa.
Sampai sekarang Depnakertrans juga belum mempunyai peta potensi wilayah dan pengangguran sampai ke daerah terkecil, seperti kelurahan dan desa. Daerah tidak pernah meng-update data yang ada. Bagaimana mungkin Depnaker bisa menjalankan programnya jika basis data saja tidak punya? Sudah pernah di mintakan ke Pemda, seperti data penganggur, dimana, latar-belakangnya dan potensi wilayah yang ada. Tapi tidak pernah ada. Masalahnya, Pemda hanya mengharapkan PAD, tidak pernah memikirkan bagaimana masyarakatnya makmur, sejahtera dan berkembang dan tidak menganggur. Dengan otonomi daerah, pemerintah pusat hanyalah pembuat kebijakan, fasilitator, pendorong dan pemberi wacana-wacana. Praktek dan rill di lapangan, Pemdalah yang mengurusi semuanya.
Selain mempunyai Rencana Tenaga Kerja Nasional 2004-2009, Depnakertrans lewat Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri juga mempunyai program dan kegiatan yang diarahkan untuk pencapaian Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja serta Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Merumuskan pedoman atau petunjuk teknis, mengimplementasikan dan mensosialisasikan kebijakan pembinaan yang bertujuan untuk :
1. Membangun sistem peningkatan kualitas tenaga kerja ;
2. Meningkatkan kualitas pelayanan di Bidang Perluasan Kesempatan Kerja dan Penempatan Kerja ;
3. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga nasional maupun internasional ;
4. Mendorong peranan masyarakat luas di Bidang Ketenagakerjaan meliputi pelatihan, penempatan dan produktivitas tenaga kerja.
b. Pengembangan Kesempatan Kerja, dalam T.A. 2003 telah dilaksanakan :
1. Perluasan lapangan kerja bagi 120.561 orang meliputi :
- Pendayagunaan tenaga kerja pemuda mandiri profesional, tenaga kerja sarjana dan tenaga kerja mandiri terdidik sebanyak 67.734 orang.
- Terapan teknologi tepat guna 4.855 orang.
- Padat karya produktif 44.317 orang.
- Penciptaan wirausaha baru 2.280 orang.
- Pembinaan dan pendayagunaan anak jalanan dan pedagang asongan 690 orang.
- Pengembangan model perluasan kerja 685 orang.
2. Penempatan Tenaga Kerja AKAD : 21.200 orang.
3. Pelatihan ketrampilan sebanyak 42.951 orang meliputi :
- Pelatihan institusional : 14.800 orang.
- Pelatihan MTU : 20.485 orang.
- Pelatihan Magang : 1.088 orang.
- Pelatihan Teknisi :1.225 orang.
- Pelatihan kewirausahaan : 2.764 orang.
- Pelatihan melalui anggaran DPKK-TKI : 2.589 orang.
4. Pelaksanaan pemagangan ke Jepang sebanyak 4.790 orang
5. Pelatihan untuk angkatan kerja khusus seperti penyandang cacat dan lanjut usia sebanyak 1.276 orang.
6. Pemberian bantuan peralatan kepada 78 lembaga pelatihan BLK/LLK dan 12 pondok pesantren.
7. Pemberian ijin tenaga kerja asing (IKTA) sebanyak 19.898 orang.
Tampaknya, semua perencanaan yang “terkesan” bagus itu, harus benar-benar menjadi perhatian Depnakertrans. Apalagi, jika bicara soal ketenagakerjaan, ada beberapa tugas yang bisa dilakukan direktoratnya: pembinaan yang menyangkut peningkatan kualitas sumber daya manusia, penempatan, hingga SDM bisa bekerja secara produktif. “SDM kita belum mampu bersaing. Untuk itu, kita upayakan agar dengan standar kompetisi, SDM nantinya mampu mengisi lowongan pekerjaan dan bahkan menciptakan lapangan pekerjaan.
Tidak kompetitifnya SDM Indonesia, terbukti pada lomba ketrampilan se-Asia pada dua tahun lalu. Saat itu, Indonesia hanya memperoleh perunggu untuk kompetisi di bidang otomotif, eletronik dan lainnya itu. Apalagi, SDM Indonesia ditempatkan pada posisi 112 dari 117 negara yang diteliti. Belum lagi bicara soal banyaknya tenaga kerja asing yang masuk dan mengisi pekerjaan di Indonesia. Karena tenaga kerja Indonesia belum mampu mengisinya. TKI saja masih dalam posisi menengah.
Soal penanggulangan pengangguran dan perencanaan tenaga kerja nasional seharusnya juga ada di tiap daerah, terkait dengan semangat otonomi daerah. Sejak otonomi daerah, pusat dan daerah terputus. Padahal, pusat hanya pembuat kebijakan, penjabarannya ada di daerah.
Sekitar 2005, di tingkatkan sektor formal. Sehingga pada 2006, sektor informal bisa di persiapkan, dan tahun-tahun berikutnya baru di dorong migrasi tenaga kerja di sektor informal menuju sektor formal. Ini berarti, nasib ketenagakerjaan akan semakin memburuk sampai ada kejelasan pada 2006.
C. Tahun 2004 Pengangguran Berkurang, Tingkat Kemiskinan Kembali ke Sebelum Krisis
Jika perekonomian tumbuh lima persen pada tahun 2004, Indonesia dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Jika berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi lima persen tahun 2004 ini, tingkat kemiskinan Indonesia akan kembali ke posisi sebelum krisis.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 tercatat 4,3 persen. Tahun 2004 ini pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,8-5,0 persen. Sementara tingkat pengangguran terbuka tahun 2003 tercatat 10 juta orang.
Tingkat kemiskinan sudah lebih baik daripada waktu krisis. Sekadar dengan mengerem investasi dan mempergunakan subsidi langsung, tingkat kemiskinan di Indonesia sebetulnya sekarang sudah kembali ke waktu kita mau masuk krisis, tahun 1996. Untuk tingkat pengangguran, semoga tahun ini kita dapat menunjukkan apa artinya (pertumbuhan ekonomi) naik dari empat persen ke lima persen.
Untuk mencapai pertumbuhan lima persen, perekonomian Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan konsumsi dan pasar dalam negeri, tetapi harus memanfaatkan ekspor, pasar luar negeri.
Selanjutnya, jika ingin kembali ke tingkat pertumbuhan ekonomi enam persen, investasi harus digalakkan. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tujuh persen, perekonomian Indonesia harus menggalakkan ekspor dan investasi.
Sekarang, investasi yang di lakukan baru investasi prasarana, seperti proyek sejuta rumah, proyek 700 km jalan tol, pembangunan pembangkit tenaga listrik yang baru, pembangunan sistem irigasi, dan proyek banjir kanal timur di Jakarta.
Tahun 2004 pemerintah menggerakkan ekspor agar pada tahun 2005 ekspor mulai meningkat dan investor akan merasa lebih pasti lagi dalam menanamkan modalnya. Diharapkan, penanaman modal bergeser dari sekadar pembelian reksa dana, obligasi korporasi, dan surat utang negara menuju penggunaan dana untuk penanaman modal langsung.
Untuk tahun 2004, ekspor nonmigas ditargetkan tumbuh mencapai tujuh persen dari tahun sebelumnya. Hal itu dapat dicapai melalui penetrasi pasar dan penguatan daya saing. Salah satu unsur penguatan daya saing adalah pemberian fasilitas perpajakan. Tax holiday sama sekali tidak termasuk fasilitas perpajakan yang dimaksud.
Tidak adil jika penanaman modal asing (PMA) langsung hanya diukur dari perizinan yang diberikan BKPM. Alasannya, yang masuk ke BKPM adalah persetujuan untuk perusahaan yang meminta fasilitas. Banyak investasi yang juga sudah masuk ke Indonesia, tetapi tidak membutuhkan fasilitas. Dalam kenyataannya, apa lagi fasilitas yang bisa kita tawarkan kepada mereka Tidak banyak. Oleh karena itu, sudah disiapkan angka-angka yang benar-benar dapat dipercaya dan mewakili jumlah PMA langsung yang masuk ke Indonesia.
BAB III
P E M B A H A S A N
A. Penanggulangan Pengangguran di Indonesia
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal; dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai ketrampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya.
Dalam pembangunan Nasional, kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Untuk menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat suku bunga kecil yang mendukung.
Kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
B. Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP).
Mengingat 70 persen penganggur didominasi oleh kaum muda, maka diperlukan penanganan khusus secara terpadu program aksi penciptaan dan perluasan kesempatan kerja khusus bagi kaum muda oleh semua pihak.
Berdasarkan kondisi diatas perlu dilakukan Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP) dengan mengerahkan semua unsur-unsur dan potensi di tingkat nasional dan daerah untuk menyusun kebijakan dan strategi serta melaksanakan program penanggulangan pengangguran. Salah satu tolok ukur kebijakan nasional dan regional haruslah keberhasilan dalam perluasan kesempatan kerja atau penurunan pengangguran dan setengah pengangguran.
Gerakan tersebut dicanangkan dalam satu Deklarasi GNPP yang diadakan di Jakarta 29 Juni 2004. Lima orang tokoh dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, perwakilan pengusaha, perwakilan perguruan tinggi, menandatangani deklarasi tersebut, merekaadalah Gubernur Riau H.M. Rusli Zainal; Walikota Pangkal Pinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung H. Zulkarnaen Karim; Palgunadi; T. Setyawan,ABAC; pengusaha; DR. J.P. Sitanggang, UPN Veteran Jakarta; Bambang Ismawan, Bina Swadaya, LSM; mereka adalah sebagian kecil dari para tokoh yang memandang masalah ketenagakerjaan di Indonesia harus segera ditanggulangi oleh segenap komponen bangsa.
Menurut para deklarator tersebut, bahwa GNPP ini dimaksudkan untuk membangun kepekaan dan kepedulian seluruh aparatur dari pusat ke daerah, serta masyarakat seluruhnya untuk berupaya mengatasi pengangguran.
Dalam deklarasi itu ditegaskan, bahwa untuk itu, sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebaiknya segera dibentuk Badan Koordinasi Perluasan Kesempatan Kerja.
Kesadaran dan dukungan sebagaimana diwujudkan dalam kesepakatan GNPP tersebut, menunjukan suatu kepedulian dari segenap komponen bangsa terhadap masalah ketenagakerjaan, utamanya upaya penanggulangan pengangguran. Menyadari bahwa upaya penciptaan kesempatan kerja itu bukan semata fungsi dan tanggung jawab Depatemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan tetapi merupakan tanggung jawab kita semua, pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha, maupun dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kebijakan dan program masing-masing pihak, baik pemerintah maupun swasta harus dikaitkan dengan penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya.
Konsepsi.
Sementara itu dalam Raker dengan Komisi VII DPR-RI 11 Pebruari 2004 yang lalu, Menakertrans Jacob Nuwa Wea dalam penjelasannya juga berkesempatan memaparkan konsepsi penanggulangan pengangguran di Indonesia, meliputi keadaan pengangguran dan setengah pengangguran; keadaan angkatan kerja; dan keadaan kesempatan kerja; serta sasaran yang akan dicapai. Dalam konteks ini kiranya paparan tersebut masih relevan untuk diinformasikan.
Dalam salah satu bagian paparannya Menteri menyebutkan, bahwa pembukaan UUD 1945 mengamanatkan: "... untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa ...". Selanjutnya secara lebih konkrit pada Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa : " tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan " dan pada Pasal 28 D ayat (2) menyatakan bahwa:" Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja". Hal ini berarti, bahwa secara konstitusional, pemerintah berkewajiban untuk menyediakan pekerjaan dalam jumlah yang cukup, produktif dan remuneratif. Kedua Pasal UUD 1945 ini perlu menjadi perhatian bahwa upaya-upaya penanganan pengangguran yang telah dilaksanakan selama ini masih belum memenuhi harapan, serta mendorong segera dapat dirumuskan Konsepsi Penanggulangan Pengangguran.
Selanjutnya Menakertrans menyatakan, Depnakertrans dengan mengikut sertakan pihak-pihak terkait sedang menyusun konsepsi penanggulangan pengangguran. Dalam proses penyusunan ini telah dilakukan beberapa kali pembahasan di lingkungan Depnakertrans sendiri, dengan Tripartit secara terbatas (Apindo dan beberapa Serikat Pekerja); dan juga pembahasan dengan beberapa Departemen dan Bappenas. " Memperhatikan kompleksnya permasalahan pengangguran, disadari bahwa penyusunan konsepsi tersebut masih perlu didiskusikan dan dikembangkan lebih lanjut dengan berbagai pihak yang lebih luas, antara lain sangat dibutuhkan masukan dan dukungan sepenuhnya dari Anggotra DPR-RI yang terhormat khususnya Komisi VII; masih memerlukan waktu dan dukungan biaya sehingga pada akhirnya dapat dirumuskan suatu Konsepsi Penanggulangan Pengangguran di Indonesia yang didukung oleh seluruh komponen masyarakat", tutur Menteri Jacob Nuwa Wea.
C. Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia
Sekitar 10 juta penganggur terbuka (open unemployed) dan 31 juta setengah penggangur (underemployed) bukanlah persoalan kecil yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini dan ke depan. Sepuluh juta penganggur terbuka berarti sekitar separo dari penduduk Malaysia.
Penganggur itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai kriminal dan gejolak sosial, politik dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan pemborosan yang luar biasa. Setiap orang harus mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian, energi listrik, sepatu, jasa dan sebagainya setiap hari, tapi mereka tidak mempunyai penghasilan. Bisa kita bayangkan berapa ton beras dan kebutuhan lainnya harus disubsidi setiap harinya.
Bekerja berarti memiliki produksi. Seberapa pun produksi yang dihasilkan tetap lebih baik dibandingkan jika tidak memiliki produksi sama sekali. Karena itu, apa pun alasan dan bagaimanapun kondisi Indonesia saat ini masalah pengangguran harus dapat diatasi dengan berbagai upaya.
Sering berbagai pihak menyatakan persoalan pengangguran itu adalah persoalan muara. Berbicara mengenai pengangguran banyak aspek dan teori disiplin ilmu terkait. Yang jelas pengangguran hanya dapat ditanggulangi secara konsepsional, komprehensif, integral baik terhadap persoalan hulu maupun muara. Sebagai solusi pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh sebagai berikut.
Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional.
Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus ada komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya.
Kebijakan Mikro
Selain itu, ada juga kebijakan mikro (khusus). Kebijakan itu dapat dijabarkan dalam beberapa poin. Pertama, pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal. Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas.
Kepribadian yang matang, dinamis dan kreatif memiliki tujuan dan visi yang jauh ke depan, berani mengambil tantangan serta mempunyai mindset yang benar. Itu merupakan tuntutan utama dan mendasar di era globalisasi dan informasi yang sangat kompetitif dewasa ini dan di masa-masa mendatang.
Perlu diyakini oleh setiap orang, kesuksesan yang hakiki berawal dari sikap mental kita untuk berani berpikir dan bertindak secara nyata, tulus, jujur matang, sepenuh hati, profesional dan bertanggung jawab. Kebijakan ini dapat diimplementasikan menjadi gerakan nasional melalui kerja sama dengan lembaga pelatihan yang kompeten untuk itu
Kedua, segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun keuangan (finansial).
Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Hal itu dapat dilakukan serentak dengan pendirian Badan Jaminan Sosial Nasional dengan embrio mengubah PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan Sosial Nasional yang terdiri dari berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan baik dan mendapat perhatian khusus. Secara teknis dan rinci, keberadaaan lembaga itu dapat disusun dengan baik.
Keempat, segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Itu semua perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan investasi untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Kelima, mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat. Sampah, misalnya, terdiri dari bahan organik yang dapat dijadikan kompos dan bahan non-organik yang dapat didaur ulang.
Sampah sebagai bahan baku pupuk organik dapat diolah untuk menciptakan lapangan kerja dan pupuk organik itu dapat didistribusikan ke wilayah-wilayah tandus yang berdekatan untuk meningkatkan produksi lahan. Semuanya mempunyai nilai ekonomis tinggi dan akan menciptakan lapangan kerja.
Keenam, mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional. Lembaga itu dapat disebutkan sebagai job center dan dibangun dan dikembangkan secara profesional sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para pencari kerja. Pengembangan lembaga itu mencakup, antara lain sumber daya manusianya (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat di bawah lembaga jaminan sosial penganggur atau bekerja sama tergantung kondisinya.
Ketujuh, menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled). Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
Bagi pemerintah Daerah yang memiliki lahan cukup, gedung, perbankan, keuangan dan aset lainnya yang memadai dapat membangun Badan Usaha Milik Daerah Pengerahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri (BUMD-PJTKI). Tentunya badan itu diperlengkapi dengan lembaga pelatihan (Training Center) yang kompeten untuk jenis-jenis keterampilan tertentu yang sangat banyak peluang di negara lain. Di samping itu, perlu dibuat peraturan tersendiri tentang pengiriman TKI ke luar negeri seperti di Filipina.
Kedelapan, segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan. Karena itu, Sisdiknas perlu reorientasi supaya dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Kesembilan, upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan terhadap penutupan perusahaan, penurunan produktivitas, penurunan permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru, justru sebaliknya bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur.
Pihak-pihak yang terlibat sangat banyak dan kompleks sehingga hal itu perlu dicegah dengan berbagai cara terutama penyempurnaan berbagai kebijakan.
Kesepuluh, segera mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih baik supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif dan remuneratif.
Hal-hal yang paling sedikit yang dapat dikembangkan untuk menciptakan lapangan kerja bagi para penggemar sesuai pendidikannya, keterampilannya, umurnya penganggur terbuka atau setengah penganggur, atau orang yang baru masuk ke pasar kerja, dan sebagainya.
Diharapkan ke depan kebijakan ketenagakerjaan dapat diubah (reorientasi) kembali agar dapat berfungsi secara optimal untuk memerangi pengangguran.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional.
Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus ada komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya.
Selain itu, ada juga kebijakan mikro (khusus). Kebijakan itu dapat dijabarkan dalam beberapa poin. Pertama, pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal.
Kedua, segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.
Keempat, segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Kelima, mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat.
Keenam, mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional. Ketujuh, menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Kedelapan, segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Kesembilan, upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kesepuluh, segera mengembangkan potensi kelautan kita. Diharapkan ke depan kebijakan ketenagakerjaan dapat diubah (reorientasi) kembali agar dapat berfungsi secara optimal untuk memerangi pengangguran.
B. Kritik dan saran
Demikianlah makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita bersama. Ibarat ”tak ada gading yang tak retak”, tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
--------------. Tahun 2004 Pengangguran Berkurang, Tingkat Kemiskinan Kembali ke Sebelum Krisis. Kompas. Jakarta
Daulat Sinuraya. Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia. Suara Pembaruan Daily. 2004
Deklarasi Penanggulangan Pengangguran di Indonesia, 29 Juni 2004; Bahan Raker Komisi VII DPR-RI dan Menakertrans, 11 Pebruari 2004.
Elwin Tobing. Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik. Media Indonesia. 2004
Levi Silalahi . Masalah Buruh-Pengusaha Belum Terpecahkan, Pengangguran Terus Bertambah. Depnakertrans. 2004
Majalah Nakertrans Edisi - 03 TH.XXIV-Juni 2004
Muchamad Nafi. Tiap Tahun, Angka Pengangguran Indonesia Naik.Tempo Interaktif. Jakarta. 2004
Statistik Tahunan Indonesia, 1985, 1995, 1998


